AS Siap Terjun di Perang Asia, Ada Pangkalan Militer Depan Muka China
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) terus memperkuat pijakan militernya di kawasan Asia Pasifik dengan menjajaki pengembangan pangkalan operasi garis depan di Filipina. Negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia itu dipandang memiliki posisi strategis, terutama dalam konteks dinamika kawasan dan meningkatnya tensi dengan China terkait isu Taiwan.
Langkah tersebut ditunjukkan melalui kegiatan inspeksi bersama personel militer Amerika Serikat dan Filipina di Pangkalan Operasi Garis Depan Mahatao yang terletak di Pulau Batan, Provinsi Batanes. Wilayah ini merupakan titik paling utara Filipina dan berada tepat di hadapan Selat Luzon, jalur penting yang menghubungkan Laut China Selatan dengan Samudra Pasifik serta berada dekat dengan bagian selatan Taiwan.
Kunjungan peninjauan itu dihadiri Atase Angkatan Udara AS Kolonel William Herbert bersama Komandan Komando Luzon Utara Filipina Letnan Jenderal Aristotle Gonzales. Pihak militer Filipina menjelaskan, inspeksi tersebut bertujuan mengevaluasi kesiapan pangkalan sebagai bagian dari potensi kerja sama pertahanan jangka panjang antara kedua negara.
"Tim tersebut menilai medan operasional, kondisi infrastruktur, dan kelayakan strategis untuk mendukung kegiatan pertahanan gabungan dan interoperabilitas di masa depan," kata militer Filipina dalam pernyataan resminya, seperti dikutip dari The Associated Press, Sabtu (20/12/2025).
Pangkalan Operasi Garis Depan Mahatao diresmikan pada 28 Agustus dan disebut akan berfungsi sebagai pusat pertahanan teritorial, peningkatan kesadaran domain maritim, serta dukungan bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana. Citra satelit menunjukkan pembangunan yang konsisten sejak akhir 2023, termasuk helipad, dermaga kecil, dan fasilitas peluncuran perahu.
Sejumlah analis menilai fasilitas tersebut juga berpotensi mendukung kemampuan persenjataan. Analisis Naval News menyebut bangunan baru yang menyerupai depot penyimpanan dan pemeliharaan rudal kemungkinan disiapkan untuk menampung rudal supersonik BrahMos buatan India milik Filipina.
Sebelumnya, sistem rudal anti-kapal NMESIS buatan AS juga pernah ditempatkan di Batanes untuk latihan bersama tanpa tembakan langsung.
Langkah ini memicu respons keras dari Beijing. China telah memperingatkan Filipina agar tidak menampung sistem persenjataan AS, termasuk NMESIS, dan menyebut langkah tersebut sebagai "kehancuran yang ditimbulkan sendiri," di tengah meningkatnya ketegangan di perairan yang juga bersinggungan dengan zona ekonomi eksklusif Filipina.
Peneliti Proyek Monitor Keamanan Taiwan Universitas George Mason, Jaime Ocon, menilai penguatan kehadiran AS di wilayah tersebut akan berdampak langsung pada kalkulasi militer China.
"Peningkatan kehadiran AS di Batanes, seperti pembangunan landasan pacu dan pelabuhan tambahan, benar-benar dapat mempersulit operasi darurat Taiwan bagi China," ujarnya kepada Naval News. "Mereka tidak ingin Amerika Serikat memiliki kemampuan untuk merespons dan ingin menutup titik masuk ini."
Sementara itu, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. sebelumnya menegaskan bahwa keterlibatan negaranya dalam konfrontasi terkait Taiwan hampir tak terelakkan. Ia menyoroti faktor geografis Filipina serta banyaknya pekerja Filipina yang tinggal di Taiwan, yang membuat Manila berada di posisi strategis dalam dinamika keamanan kawasan, sekaligus menjadikannya sebagai salah satu kunci dalam strategi AS menghadapi China.
(luc/luc)