Inalum Butuh Pasokan Listrik Hingga 1,2 GW untuk Smelter Aluminium
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tengah membutuhkan pasokan listrik dalam jumlah besar, khususnya untuk mendukung proyek smelter aluminium baru.
Head of Business Development and Strategy Group Inalum Al Jufri mengatakan, guna memenuhi kebutuhan listrik untuk smelter aluminium baru tersebut, selain dalam tahap diskusi dengan PT PLN (Persero) sebagai mitra strategis, pihaknya juga mempertimbangkan opsi untuk melakukan penawaran terbuka kepada produsen listrik untuk bisa memasok kebutuhan listrik smelter aluminium baru tersebut, yang tentunya akan dijalankan dengan senantiasa merujuk pada regulasi yang berlaku sesuai kaidah-kaidah tata kelola Perusahaan yang baik (good corporate governance).
"Inalum nggak bangun pembangkitnya, kita kerja sama sama salah satu, tadi kan saya bilang ada proses bidding kan. Nanti siapa pemenangnya, nanti kita beli dari situ. Ada beberapa pemain di domestik kan," kata Jufri di Jakarta, dikutip Kamis (18/12/2025).
Jufri mengatakan, untuk memastikan operasional pabrik yang stabil, pihaknya membutuhkan kapasitas listrik hingga sebesar 1,2 Giga Watt (GW) untuk proyek smelter aluminium kedua tersebut. Adapun 1,2 GW tersebut dipecah menjadi 6 unit dengan besaran masing-masing unit sebesar 200 Mega Watt (MW), dengan rincian lima unit beroperasi aktif dan satu unit pembangkit menjadi cadangan bila ada yang dilakukan perawatan (maintenance).
"Umpama ada maintenance kan 200 Mega (MW) maintenance, tapi 1 Giga tetap masuk gitu. Total bisa jadi kalau 1.200, 6 kali 200 gitu ya. 5 operasi, 1 standby. Yang standby ini bisa di-maintenance lah gitu kan. Kira-kira seperti itu. Yang 1.200 itu ceritanya seperti itu," ungkapnya.
Lebih lanjut Inalum menjelaskan, saat ini perusahaan sedang dalam tahap diskusi lebih lanjut dengan PLN dan juga pihak-pihak terkait lainnya untuk skema penyediaan listrik untuk kebutuhan yang dimaksud, apakah nantinya akan dibangun di Kuala Tanjung maupun di Mempawah, bergantung pada hasil kajian dan persetujuan para pemegang saham untuk lokasi ekspansi tersebut (shareholders).
Sedangkan untuk kebutuhan listrik pada proyek ekspansi Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Fase 2, pasokan listrik akan diperoleh dengan tambahan pada PLTU batu bara eksisting sebanyak 2 x 25 MW, di mana kapasitas terpasang saat ini untuk SGAR Mempawah Fase 1 adalah 3 x 25 MW, sebagai bagian dari fasilitas operasi.
Sebelumnya, Direktur Utama Inalum Melati Sarnita membeberkan kebutuhan pasokan listrik untuk smelter aluminium baru.
Menurut dia, untuk proyek smelter aluminium kedua itu, Inalum membutuhkan pasokan listrik sebesar 932 MW. Proyek ini diharapkan dapat beroperasi pada 2028 mendatang.
"Kebutuhan listriknya sendiri itu 932 MW, perkiraan kami itu kapasitas hitungan kita saat ini internally kapasitas terpasang itu 1,2 Giga Watt, karena harus ada satu standby unit untuk memastikan availability 100% selama 360 hari per tahun," ungkap Melati dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (20/11/2025).
Menurut dia, musuh terbesar dalam mengoperasikan smelter adalah listrik padam. Sebab, jika pasokan listrik terhenti smelter tidak dapat melakukan pemulihan atau recovery. Oleh karena itu, ia berharap dukungan penuh terkait pasokan listrik.
Di sisi lain, Melati membeberkan bahwa unit pembangkit listrik untuk proyek ini sejatinya tidak termasuk dalam rencana investasi (capital expenditure/ capex) Inalum. Sehingga, perusahaan hanya bergantung pada pasokan listrik yang berasal dari PLN atau Independent Power Producer (IPP).
"Karena kami sangat ingin pembangunan pembangkit itu bisa menjadi captive source untuk smelter kita," ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]