Pantas Daging Ayam Sering Berpolemik di RI, Biang Keroknya Terbongkar
Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) menyebut produksi daging ayam nasional sebenarnya sudah berada dalam kondisi surplus. Tapi, kenapa harga dan pasokan daging ayam sering jadi polemik di Tanah Air. Terutama menjelang momen-momen puncak konsumsi, seperti libur Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN)?
Sekjen GOPAN, Sugeng Wahyudi menilai persoalan utama industri perunggasan Indonesia bukan terletak pada kemampuan produksi, melainkan pada distribusi yang masih timpang antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Sugeng menyampaikan, saat ini sekitar 65% produksi ayam nasional masih terpusat di Pulau Jawa. Kondisi tersebut membuat daerah di luar Jawa masih bergantung pada pasokan dari Jawa, meski secara nasional stok tergolong lebih dari cukup.
"Produksi ayam berdasarkan informasi kami, 65% terpusat di Pulau Jawa. Artinya jika terjadi kekosongan pasokan itu bukan masalah suplainya, khususnya di tahun 2025. Tetapi pemerataan yang masih timpang, atau ketercukupan yang di luar Pulau Jawa masih timpang, karena mereka masih bergantung dari suplai yang di Pulau Jawa," kata Sugeng kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/2/2025).
Ia mengungkapkan, sepanjang 2025 kemampuan produksi daging ayam nasional mencapai 4,3 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi berada di kisaran 3,9 juta ton.
"Berdasarkan data yang kami terima, kemampuan produksi kita (daging ayam) 4,3 juta ton. Kebutuhan (konsumsi) sepanjang tahun 2025 kisaran 3,9 juta ton. Artinya sampai dengan akhir tahun ini ada kelebihan stok 400 ribu ton atau sekitar 12% dari kebutuhan nasional," ujarnya.
Dengan kondisi itu, ia menilai rencana pemerintah menambah pasokan daging ayam untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) secara teknis bukanlah hal yang sulit untuk dicapai. Namun, ia mengingatkan agar kebijakan tersebut tidak memperparah persoalan distribusi dan justru menekan harga ayam di tingkat peternak.
"Tahun depan pemerintah akan menambah 1,1 juta ton daging untuk pemenuhan MBG. Program tersebut layak untuk diapresiasi karena akan ada peluang penyerapan tenaga kerja, tetapi tetap harus dalam perencanaan yang matang jangan sampai penambahan tersebut ber-efek pada jatuhnya harga ayam dampak dari kelebihan pasok," ujarnya.
Dari sisi permintaan, Sugeng memperkirakan program MBG akan menambah serapan daging ayam secara signifikan pada tahun depan.
"MBG menurut hemat kami akan menambah demand kurang lebih 581.000 ton daging ayam di tahun depan. Artinya jika ada penambahan 1,1 juta ton, ketercukupan keperluan MBG akan terpenuhi. Bahkan lebih," jelasnya.
Meski produksi nasional mencukupi, Sugeng menekankan, ketimpangan distribusi harus menjadi fokus utama dalam ekspansi produksi ke depan. Menurutnya, pembangunan peternakan terintegrasi di luar Jawa menjadi kunci agar tambahan produksi benar-benar menjawab persoalan pasokan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak daerah.
"Karenanya peternak mendukung program pemerintah, membangun peternakan terintegrasi (di luar Pulau Jawa), agar tidak terjadi ketimpangan produksi Jawa vs luar Jawa, berikut tingkat kesejahteraan peternak juga harus jadi prioritas. Pengalaman selama ini yang menonjol adalah kesejahteraan peternak yang terabaikan," kata Sugeng.
Ia juga mengingatkan agar ekspansi produksi untuk MBG tidak mematikan pelaku usaha yang sudah ada, terutama jika tambahan produksi kembali terpusat di wilayah yang sama.
"Terkait dengan rencana pemerintah, menurut hemat kami, tidak susah untuk dilaksanakan terkait dengan penambahan jumlah ketersediaan daging ayam untuk pemenuhan MBG. Justru yang harus dikelola adalah jangan sampai niatan baik untuk menambah jumlah produksi, mematikan pelaku yang sudah ada. Dan pemilihan lokasi di luar Jawa menjadi urgent," tegasnya.
Perlu diketahui, pemerintah tengah menyiapkan arah kebijakan pangan untuk 2026. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan, setelah swasembada beras dan jagung tercapai, fokus pemerintah akan diperluas ke komoditas lain, termasuk protein hewani.
"Kita tahun ini swasembada beras sama jagung, tahun depan kita pertahankan tentunya ya beras sama jagungnya. Nah, ke depan Presiden menginginkan ke depan kita swasembada gula. Kemudian kalau di KKP ada swasembada garam," kata Sudaryono saat ditemui di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (10/12/2025).
Untuk komoditas ayam dan telur, pemerintah mulai memprioritaskan pengembangan peternakan di luar Jawa.
"Tahun depan, bagaimana peningkatan produksi swasembada telur, ayam dan sapi sebetulnya. Tapi ini kita lagi fokus di telur sama daging ayam khususnya di daerah luar Jawa," ujarnya.
Sudaryono menambahkan, pemerintah telah mengidentifikasi pembangunan peternakan terintegrasi di 13 provinsi luar Jawa dan satu di Jawa Timur dengan melibatkan berbagai pihak.
"Kita sudah identifikasi semua. Melibatkan BUMN, terus nanti Koperasi Desa Merah Putih, peternak lokal. Intinya untuk meningkatkan produksi telur dan ayam," pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]