Internasional

Ukraina Beri Tawaran Mengejutkan soal Rusia, Mimpi NATO Berakhir?

luc, CNBC Indonesia
Senin, 15/12/2025 06:05 WIB
Foto: Infografis/ Perang Rusia-Ukraina Gak Kelar-Kelar, NATO Mulai Pusing/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Isyarat kompromi yang disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan menawarkan untuk melepaskan ambisi bergabung dengan NATO dinilai belum tentu mengubah arah perundingan damai dengan Rusia, meskipun langkah tersebut memicu perdebatan di kalangan pengamat keamanan internasional.

Dalam pembicaraan dengan utusan Amerika Serikat (AS) terkait kemungkinan kesepakatan damai Ukraina-Rusia, Zelensky pada Minggu (14/12/2025) menyatakan kesiapan negaranya untuk tidak melanjutkan upaya menjadi anggota NATO. Sebagai gantinya, ia mengusulkan jaminan keamanan dari AS, negara-negara Eropa, dan mitra lainnya sebagai bentuk kompromi dari pihak Kyiv.

Namun, sejumlah analis menilai tawaran tersebut tidak membawa dampak besar terhadap substansi negosiasi.


"Ini sama sekali tidak menggeser keadaan," kata Justin Logan, Direktur Studi Pertahanan dan Kebijakan Luar Negeri di Cato Institute, dilansir Reuters.

Menurutnya, langkah Zelensky lebih merupakan upaya untuk menunjukkan sikap moderat di meja perundingan. "Ini adalah upaya untuk terlihat masuk akal," ujarnya.

Logan menambahkan bahwa keanggotaan NATO bagi Ukraina sebenarnya sudah lama tidak realistis.

Pandangan itu juga disampaikan Andrew Michta, profesor studi strategis di University of Florida, yang menyebut masuknya Ukraina ke NATO sebagai "isu yang sudah tidak relevan" pada tahap ini.

Meski demikian, Logan menilai masih ada cara lain untuk menjamin keamanan Ukraina tanpa keanggotaan NATO. Ia mengatakan Presiden AS Donald Trump, menanggapi tawaran Zelensky, kemungkinan akan berkomitmen pada bentuk dukungan yang selama ini telah diberikan Washington, termasuk pengiriman senjata dan pemberlakuan sanksi terhadap Rusia.

Tidak semua pihak memandang langkah Zelensky sebagai sekadar simbolik. Brett Bruen, mantan penasihat kebijakan luar negeri di pemerintahan Presiden Barack Obama yang kini memimpin firma konsultan Global Situation Room, menyebut konsesi tersebut sebagai langkah yang "signifikan dan substantif".

"Ini adalah cara bagi Zelensky untuk menegaskan kesediaan Ukraina melakukan konsesi besar demi perdamaian, di saat Moskow hampir tidak menunjukkan konsesi berarti," kata Bruen.

Namun, ia juga mempertanyakan apa yang diperoleh Kyiv sebagai imbalan. "Pertanyaannya adalah apa yang Zelensky dapatkan sebagai balasan setelah mundur dari janji yang sangat kuat kepada rakyat Ukraina?" ujarnya.

Bruen berspekulasi bahwa Trump mungkin telah menjanjikan langkah-langkah konkret, seperti patroli udara di wilayah Ukraina atau respons terhadap pelanggaran wilayah udara. Ia juga menyebut kemungkinan peningkatan bantuan militer AS jika Rusia kembali melancarkan ofensif berskala besar.

"Ukraina harus berhati-hati dengan janji-janji Trump, tetapi mereka membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata," kata Bruen. "Mereka memerlukan tindakan, atau setidaknya suatu mekanisme yang memastikan Trump tidak bisa dengan mudah menghindar dari situasi-situasi ini."

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Soal Perang, Ukraina Siap Kompromi Tanpa Melemahkan Posisi