"Kubah Petaka" Rusak, Eropa Terancam Bencana Mematikan
Jakarta, CNBC Indonesia - Peringatan serius kembali muncul terkait keselamatan nuklir di kawasan Chernobyl setelah badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa pelindung raksasa yang menutupi reruntuhan reaktor telah kehilangan fungsi utamanya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa ancaman radiasi dari lokasi bencana nuklir terburuk di dunia itu tidak lagi sepenuhnya terhalang.
Menurut laporan International Atomic Energy Agency (IAEA), kerusakan berat pada struktur pelindung bernama New Safe Confinement (NSC) terjadi setelah serangan drone pada Februari lalu. Ukraina sebelumnya menuduh Rusia menghantam bangunan pelindung yang menaungi Reaktor 4 Chernobyl, namun Moskow membantah menyerang situs tersebut.
Serangan itu memicu kebakaran di bagian luar bangunan sebelum akhirnya dapat dipadamkan dengan cepat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat itu menyampaikan bahwa api berhasil dikendalikan. Meski begitu, IAEA kini menegaskan kerusakannya jauh lebih signifikan dari perkiraan awal.
"Sarang pelindung itu telah kehilangan fungsi keselamatannya, termasuk kemampuan menahan radiasi," kata IAEA dalam pernyataannya, dikutip dari Newsweek, Senin (8/12/2025).
Badan tersebut menambahkan bahwa beberapa bagian struktur lain seperti sistem pemantauan masih berfungsi, tetapi confinement capability, fungsi paling krusial, tak lagi utuh.
IAEA juga mengonfirmasi bahwa serangan drone telah memicu "kebakaran besar" di lapisan luar pelindung.
Kepala IAEA Rafael Grossi mengingatkan bahwa perbaikan menyeluruh harus segera dilakukan. "Perbaikan sementara dalam skala terbatas memang sudah dikerjakan di bagian atap, tetapi restorasi besar yang tepat waktu sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan menjamin keselamatan nuklir jangka panjang," ujarnya.
New Safe Confinement, yang tingginya melebihi Patung Liberty, dibangun untuk menggantikan sarkofagus era Soviet yang dulu diturunkan secara darurat setelah ledakan Reaktor 4 pada April 1986. Tragedi itu menewaskan sedikitnya 30 orang dalam waktu singkat dan menyebabkan paparan radiasi bagi jutaan lainnya di wilayah yang saat itu masih menjadi bagian Uni Soviet.
Sementara itu, IAEA mengatakan tim ahlinya akan melakukan perjalanan ke lebih dari 10 gardu listrik di seluruh Ukraina pada awal hingga pertengahan Desember. Gardu-gardu itu berperan penting menjaga keselamatan operasional pembangkit listrik tenaga nuklir sekaligus memastikan pasokan energi bagi negara tersebut tetap berjalan.
Langkah itu dilakukan di tengah meningkatnya serangan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina yang kembali intens ketika musim dingin datang.
Kementerian Energi Ukraina melaporkan bahwa fasilitas energi di wilayah Poltava dan Chernihiv kembali diserang pada Minggu malam. Layanan darurat menyebut serangan di Poltava sebagai "serangan gabungan besar-besaran" yang menyasar fasilitas industri dan energi.
Serangan-serangan tersebut memaksa pembangkit nuklir Ukraina menurunkan kapasitas produksi listrik. IAEA mencatat bahwa Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia, yang berada di bawah kendali Rusia sejak awal invasi penuh pada 2022, "kembali kehilangan seluruh pasokan listrik eksternal selama beberapa jam," untuk ke-11 kalinya sejak perang dimulai.
Grossi menegaskan komitmen IAEA untuk tetap berada di lapangan. "Kami memiliki tim permanen di lokasi dan akan terus melakukan segala upaya untuk mendukung pemulihan penuh keselamatan dan keamanan nuklir di Chernobyl," ujarnya.
IAEA menyebut bahwa pekerjaan perbaikan besar akan dilakukan tahun depan. Pemulihan menyeluruh fasilitas hanya dapat dicapai setelah perang di Ukraina berakhir, tambah badan tersebut.
(luc/luc)