CNBC Insight

Tombol Komputer Tak Berfungsi, Nuklir Meledak Dahsyat-60.000 Tewas

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
16 August 2025 13:30
BERKAS) Foto arsip dari Arsip Nasional AS yang diambil pada 6 Agustus 1945 ini menunjukkan asap mengepul setinggi 6.000 meter di atas Hiroshima, sementara asap dari ledakan bom atom pertama telah menyebar hingga 3.000 meter di atas target di dasar kolom yang naik. Pengeboman nuklir AS di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 menewaskan sekitar 140.000 orang. Beberapa hari kemudian, disusul oleh pengeboman Nagasaki pada 9 Agustus yang menewaskan sekitar 74.000 orang. Kedua pengeboman tersebut memberikan pukulan terakhir bagi kekaisaran Jepang, yang menyerah pada 15 Agustus 1945, sekaligus mengakhiri Perang Dunia II. (Foto oleh ARSIP NASIONAL / AFP)
Foto: Foto arsip dari Arsip Nasional AS yang diambil pada 6 Agustus 1945 ini menunjukkan asap mengepul setinggi 6.000 meter di atas Hiroshima. AFP/-

Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana Chernobyl yang melanda fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir milik Uni Soviet pada 26 April 1986 menjadi pembelajaran penting bagi negara-negara yang mengembangkan teknologi nuklir.

Dari kejadian mematikan itu, dua hal pembelajaran penting yang tak bisa dilewatkan dalam mengembangkan nuklir, yaitu memastikan alat-alat yang digunakan berfungsi dengan baik dan para petugas punya kompetensi memadai.

Akibat ketiadaan dua aspek penting itu, sejarah mencatat setidaknya 60.000 orang meregang nyawa dan ratusan ribu orang harus angkat kaki dari kota kelahirannya hingga 20.000 tahun lamanya.

Situs nuklir Chernobyl adalah simbol ambisi Uni Soviet untuk mempunyai fasilitas nuklir terbesar di dunia. Sejak 1977, pemerintah sukses membuat reaktor nuklir berkekuatan 1.000 megawatt. Ini cukup untuk menghidupi listrik satu negara sampai bertahun-tahun lamanya.

Dari pembangunan fasilitas Chernobyl, Soviet terus mengembangkan nuklir. Sampai 1986, ada 4 reaktor nuklir skala besar di Chernobyl dengan kekuatan serupa. Hanya saja, ada beberapa reaktor nuklir masih dalam tahap pengujian.

Dikutip dari The Guardian, tahap uji coba yang dimaksud adalah soal pendinginan tanpa henti. Reaktor nuklir harus dalam kondisi dingin, sehingga pasokan air harus tersedia 24 jam dalam 7 hari. Jika tiada, maka reaktor bisa panas dan memicu ledakan.

Dalam kasus Chernobyl, tim nuklir Soviet berupaya melakukan uji coba aktivasi generator turbin supaya terus mengeluarkan air untuk mendinginkan reaktor nuklir. Uji coba dilakukan pada 26 April 1986.

Secara teori, air akan dikeluarkan turbin untuk mendinginkan inti reaktor secara terus-menerus. Dari sini, tim akan mengetahui berapa lama daya tahan turbin untuk tetap menyala.

Sayang, saat melakukan tes, orang-orang yang terlibat tak kompeten. Malah, bersikap denial dan tak terbuka atas masukan. Ini terjadi dalam diri Deputi Kepala Teknisi Anatoly Stepanovich Dyatlov dan Kepala Teknisi Nicholai Fomin.

Mengutip Chernobyl: 01:23:40 (2014), Fomin abai dan seakan-akan menutupi bahwa tenaga pendingin cukup. Padahal jauh dari angan-angan. Fomin tahu tenaga reaktor hanya 200 megawatt, kurang dari angka minimal sebesar 700 megawatt.

Sedangkan Dyatlov ngotot tes harus diadakan hari itu juga. Saat hari ujicoba tiba, teknisi sudah angkat tangan. Mereka tak mampu melakukannya. Namun, akibat Dyatlov tetap ngotot dan memberikan ancaman mutasi, para teknisi akhirnya manut.

Di sinilah petaka dimulai.

Ketika malam berganti, teknisi menyalakan generator. Turbin air pun berhasil masuk. Namun, di tengah jalan, tenaga generator menurun drastis. Tak kuat terus menerus menyala. Akibatnya, suhu inti reaktor nuklir dengan cepat meningkat. Ketika ini terjadi, teknisi bergegas menekan tombol SCRAM di komputer.

Tombol ini merupakan perintah komputer ke sistem untuk menghidupkan generator. Sayang, tombol tak berfungsi akibat tak pernah dicek. Maka, bencana pun terjadi. Reaktor nuklir langsung panas hingga 3.000 derajat Celcius. Tak lama kemudian, nuklir langsung meledak dahsyat.

Ketika radiasi nuklir meluas, banyak warga masih tertidur lelap. Alhasil, mereka tak bisa melarikan diri dan terpaksa terpapar radiasi super tinggi. Saat itu, radiasi nuklir imbas ledakan tak bisa dideteksi alat. Alatnya tak bisa menentukan derajat radiasi saking tingginya.

Barulah ketika matahari nampak, orang-orang kaget ada debu bertebaran. Padahal itu bukan debu biasa, melainkan debu-debu nuklir. Maka, tamatlah orang-orang di sana.

BBC mencatat ada 90 ribu orang tewas akibat radiasi nuklir dalam jangka panjang. Lalu, ada 600 ribu orang yang terpapar radiasi, tetapi tidak tewas. WHO mencatat, radiasi nuklir mencapai jarak 200 ribu km sampai ke kawasan Eropa. Sementara, Chernobyl sendiri tak bisa dihuni manusia sampai 20.000 tahun lamanya efek radiasi dahsyat.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tombol Komputer Tak Berfungsi, Nuklir Meledak Dahsyat-60.000 Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular