Utang Jangka Pendek Indonesia Sempat "Guncang" Kawasan Asia-Pasifik
Jakarta, CNBC Indonesia - Peningkatan utang luar negeri jangka pendek Indonesia sempat "mengguncang" kenaikan stok utang jangka pendek kawasan Asia Timur dan Pasifik (East Asia & Pacific/EAP) pada 2024.
Berdasarkan laporan Bank Dunia atau World Bank dalam International Debt Report 2025, kenaikan utang jangka pendek Indonesia pada 2024 mencapai 29,1%, hingga menjadi senilai US$ 65,12 miliar. Sebelumnya, pada 2023 stok utang luar negeri jangka pendek Indonesia senilai US$ 50,45 miliar.
Bank Dunia mencatat, lonjakan kenaikan utang jangka pendek itu dipicu oleh agresivitas penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada periode itu, sebagai instrumen operasi moneter, mempertahankan nilai tukar rupiah, dan menarik aliran modal asing.
"Lonjakan tajam ini menggambarkan penerbitan sekuritas jangka pendek Bank Indonesia (SRBI) yang diperkenalkan pada Agustus 2023 sebagai langkah untuk mendukung kebijakan moneter, mempertahankan nilai rupiah selama periode volatilitas pasar, dan menarik modal asing," dikutip dari laporan Bank Dunia, Jumat (5/12/2025).
"Sekuritas ini diterbitkan dengan suku bunga variabel dengan tenor 6, 9, dan 12 bulan dan ditawarkan kepada investor domestik dan nonresiden," tegas Bank Dunia.
Efek dari lonjakan utang jangka pendek itu menurut Bank Dunia turut mendorong kenaikan utang luar negeri jangka pendek kawasan Asia Timur dan Pasifik sebesar 12,7% menjadi US$ 201,7 miliar.
"Hampir setengah dari arus masuk tahun 2024 adalah arus masuk utang jangka pendek ke Indonesia, yang naik menjadi US$ 14,3 miliar, dari rata-rata US$ 1,6 miliar pada tahun 2022 dan 2023," kata Bank Dunia dalam laporan terbarunya itu.
Bank Dunia mencatat, pada 2024 total stok utang luar negeri Indonesia adalah sebesar US$ 421,05 miliar. Mayoritas berasal dari stok utang luar negeri jangka panjang US$ 347,54 miliar, atau naik dari catatan per 2023 sebesar US$ 340,52 miliar. Sedangkan
Nilai stok utang luar negeri itu setara dengan 135% dari ekspor, dan 31% dari pendapatan nasional bruto (gross national income/GNI). Adapun nilai GNI pada 2024 sebesar US$ 1.359,44 miliar.
Untuk indikator debt service rasio atau rasio total utang terhadap total pendapatan menurut Bank Dunia setara 25% ekspor, dan 6% GNI.
(arj/haa)