MARKET DATA

Pabrik Bertumbangan, Pengusaha Tekstil Geram-Tunjuk Kementerian Ini

Martyasari Rizky,  CNBC Indonesia
05 December 2025 15:55
Ilustrasi pabrik garmen (AFP via Getty Images)
Foto: Ilustrasi pabrik garmen (AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri tekstil nasional masih diterpa gelombang penutupan pabrik sepanjang 2025. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menilai maraknya pabrik tutup menunjukkan pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin), gagal melakukan deteksi dini meski sudah memiliki Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas).

Sekretaris Jenderal APSyFI Farhan Aqil Syauqi menyebut data penutupan pabrik yang mereka kantongi baru berasal dari anggota asosiasi. Namun ia menegaskan, jika dilihat secara keseluruhan, gelombang penutupan pabrik hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi pada beberapa perusahaan besar seperti Sritex, Sejahtera Bintang Abadi Textile, dan Asia Pacific Fibers di Karawang.

"Yang paling besar tentu PHK-nya Sritex itu sekitar 10 ribu tenaga kerja," ungkap Farhan kepada CNBC Indonesia, Jumat (5/12/2025).

Farhan menyayangkan pemerintah tak mampu membaca tanda-tanda krisis dari awal, padahal setiap perusahaan diwajibkan mengisi SIINas setiap tiga bulan. Menurut dia, sistem ini seharusnya dapat menjadi radar dini bagi Kemenperin untuk memitigasi risiko sebelum pabrik benar-benar berhenti produksi.

"Data-data berhenti produksi seperti ini harusnya bisa dideteksi oleh Kementerian Perindustrian melalui SIINas. Kondisi ini harus dimitigasi sejak awal. Jangan sampai perusahaan yang tutup dan tenaga kerja yang di-PHK hanya sekedar angka di mata Kementerian Perindustrian," ujarnya

Farhan menegaskan, kurang peka hingga ketidakmampuan pemerintah dalam mendeteksi dini tercermin dari masifnya pabrik yang tutup dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini.

"Ini terbukti dari masifnya pabrik yang tutup. Data SIINas juga belum menggambarkan data stok produksi juga. Sehingga Kemenperin dipastikan sulit sekali mendeteksi sejak dini," ucap dia.

APSyFI menyatakan siap memberikan daftar perusahaan yang saat ini terancam mengalami PHK kepada pemerintah, dengan harapan solusi bisa disiapkan lebih cepat.

"Kami siap sampaikan perusahaan mana saja yang terancam PHK, khususnya anggota kami kepada pemerintah. Supaya ini segera ada solusinya," kata Farhan.

Namun, ia enggan menyampaikan informasi tersebut kepada media maupun publik. Katanya, ia akan menyampaikan langsung khusus kepada pemerintah.

"Saat ini, kami hanya ingin menyampaikan perusahaan yang sedang terancam tersebut melalui pemerintah, supaya solusinya bisa segera dibahas," pungkasnya. 

(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai-Ramai Profesional Tekstil RI Pindah ke Vietnam-Malaysia, Kenapa?


Most Popular