Rusia Minggir, Perang Baru Bisa Pecah antara Ukraina & Negara Muslim
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antara Kazakhstan, negara mayoritas Muslim terbesar di Asia Tengah, dan Ukraina meningkat. Ini setelah serangan drone Kyiv mengenai infrastruktur energi di pelabuhan Novorossiysk, Rusia, yang menjadi jalur vital ekspor minyak Kazakhstan ke pasar global.
Mengutip laporan media lokal, serangan yang terjadi pada Sabtu itu merusak perangkat tambat di terminal laut milik Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) dan memaksa penghentian sementara operasi pemuatan minyak. Meski tidak ada korban jiwa dan tidak ada indikasi kebocoran minyak di Laut Hitam, beberapa jaringan pipa ditutup sehingga memunculkan keraguan soal pemulihan operasi dalam waktu dekat.
"Pengiriman di terminal akan dilakukan sesuai aturan setelah ancaman dari kapal permukaan tak berawak dan drone dibatalkan," ujar pihak CPC, yang beranggotakan perusahaan energi dari Rusia, Kazakhstan, Amerika Serikat (AS), serta sejumlah negara Eropa Barat, dikutip Timesca, Selasa (2/12/2025).
Kazakhstan yang selama ini menjaga posisi netral dalam perang Rusia-Ukraina menilai serangan tersebut mengancam stabilitas energi global dan merugikan hubungan bilateral. Negara itu selama ini tetap menjalin hubungan erat dengan Moskow sambil sesekali menyatakan dukungan pada kedaulatan Ukraina.
"Insiden ini menandai tindakan agresi ketiga terhadap fasilitas sipil yang dilindungi hukum internasional. Kazakhstan selalu mengadvokasi stabilitas dan pasokan energi yang tidak terputus," tegas Kementerian Luar Negeri Kazakhstan.
"Kami memandang kejadian ini merugikan hubungan bilateral Kazakhstan-Ukraina dan berharap Ukraina mengambil langkah efektif mencegah insiden serupa," tambah kementerian itu.
Dari Moskow, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut serangan Ukraina sebagai aksi "teroris". Ia menyebut bahwa "teman-teman kami di Kementerian Luar Negeri Kazakhstan" telah melayangkan protes resmi.
Sementara itu, Ukraina menegaskan tidak pernah berniat menyerang Kazakhstan. Semua yang dilakukan untuk menghentikan serangan Rusia.
"Tidak ada tindakan Ukraina yang ditujukan kepada Republik Kazakhstan atau pihak ketiga. Semua upaya kami fokus menghentikan agresi Rusia skala penuh sesuai Pasal 51 Piagam PBB," ujar Kementerian Luar Negeri Ukraina.
Namun Ukraina juga menyindir posisi Kazakhstan, dengan mengatakan bahwa negara itu tidak mengutuk serangan Rusia terhadap warga sipil dan infrastruktur energi Ukraina. Perang Rusia dan Ukraina sendiri sudah terjadi sejak 2022.
CPC sendiri menegaskan pihaknya bukan subjek sanksi internasional dan berperan penting dalam melindungi kepentingan para pemegang saham Barat. Konsorsium ini mengangkut minyak dari ladang besar Kazakhstan seperti Tengiz, Kashagan, dan Karachaganak.
Pada 2024, CPC memindahkan sekitar 63 juta ton minyak. Dengan 74% di antaranya berasal dari pengirim asing seperti Chevron, ExxonMobil, KazMunayGas, Eni, dan Shell.
(sef/sef)