Bos Pengusaha Tekstil & Garmen Bertemu Purbaya, Bahas Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menerima kunjungan dari Asosiasi Garment dan Textile Indonesia (AGTI) di Kementerian Keuangan, siang ini, Selasa (2/12/2025). AGTI merupakan asosiasi produsen garmen dan tekstil yang baru saya didirikan pada 1 Oktober 2025.
Kunjungan ini merupakan lanjutan dari pertemuan asosiasi dengan bendahara negara tersebut yang dilakukan pada awal bulan lalu.
Ketua Umum Asosiasi Garment dan Textile Indonesia (AGTI) Anne Patricia Sutanto menjelaskan pertemuan tersebut membahas tindak lanjut legalitas penggunaan atau pemusnahan pakaian bekas impor atau thrifting.
"Kita mau memastikan bahwa kita tidak menyalahi hukum karena ini adalah lartasnya. Nanti dari kementerian keuangan dalam hal ini difasilitasi oleh DJKN dan Direktorat Bea Cukai koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, juga dengan kementerian atau lembaga lain yang related mengenai pemanfaatan atau pemusnahan dari thrifting ini tapi masih bernilai komersial seperti apa," ujar Anne kepada wartawan saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (2/12/2025).
Selain itu, Anne juga menjelaskan bahwa Purbaya menegaskan nantinya akan ada Satgas di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang bertugas menyederhanakan regulasi untuk memudahkan para pengusaha menjalankan bisnis.
Salah satu fokusnya adalah memastikan ketersediaan bahan baku Tekstil Produk tekstil (TPT) dari hulu ke hilir.
"karena ini yang terakhir adalah industri padat karya yang bisa benefit. Tentunya bisa dilihat HS Code apa yang kurang. 10 digit ya HS Code yang kurang. Sehingga kalau nantinya pemerintah melonggarkan import, juga membuat import ini menjadi sesuatu yang benefit untuk kepentingan bahan baku," ujarnya.
Menurut Anne, dengan penyederhanaan regulasi, industri dapat berkembang dan investasi meningkat. Dengan demikian, tercipta multiplier effect seperti lapangan kerja yang tercipta dengan masif dan meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Belum lagi industri ini karena labor intensive, karena padat karya, otomatis apa? Multiplier effect. Kos-kosan. Terus bahan makanan, retail jalan semua. Jadi industri ini tuh industri yang kita perlu adalah di bottlenecking atau simplify regulasi menjadi berdaya saing," ujarnya.
(haa/haa)[Gambas:Video CNBC]