Baju Impor White Label Banjir di RI, Ungkapan Menteri UMKM Tak Terduga

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Senin, 01/12/2025 17:35 WIB
Foto: Sejumlah toko menjual pakaian impor yang didominasi produk asal China di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengaku kesulitan dalam menertibkan praktik white label yang selama ini membanjiri pasar dalam negeri. Ia menyebut praktik impor white label menjadi salah satu hambatan utama bagi UMKM nasional untuk bisa bersaing secara sehat.

Maman menjelaskan, white label adalah produk, terutama pakaian, yang diproduksi massal di luar negeri, kemudian masuk ke Indonesia dan diberi cap atau label lokal tanpa kontrol yang jelas.

"Yang memang sulit sekali diukur, dan memang sulit sekali dirapikan, atau ditertibkan, yaitu white label," kata Maman dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin 2025 di Jakarta, Senin (1/12/2025).


Menurut dia, fenomena maraknya impor pakaian white label membuat pasar domestik semakin tidak terkendali.

"Jadi white label itu baju yang diproduksi dalam jumlah besar masuk ke Indonesia, dikasih cap stempel. Nggak tau itu udah nggak karuan itu," ujarnya.

Maman menegaskan, sehebat apa pun dukungan pembiayaan, pelatihan, dan pembukaan akses pasar yang diberikan pemerintah, UMKM tetap akan kesulitan berkembang jika kondisi pasar tidak tertata.

Foto: Sejumlah toko menjual pakaian impor yang didominasi produk asal China di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Sejumlah toko menjual pakaian impor yang didominasi produk asal China di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

"Artinya, yang saya mau bilang, sebaik-baik apapun, sekuat-kuat apapun akses pembiayaan yang dibantu, di-top up oleh pemerintah, sehebat-hebat apapun pelatihan yang kita berikan kepada UMKM, sehebat-hebat apapun pembukaan marketing, rumus apapun. Saya pikir selama lapangannya belum bisa disterilisasi, nggak akan mungkin UMKM bisa survive," ucap dia.

Ia bahkan menyebut sejumlah komoditas lokal yang kini kalah oleh barang impor. "Jangankan itu, jilbab saja sekarang impor tuh, batik aja sekarang udah batik-batik impor dari China itu udah masuk. Ini kalau saya bicara dari sektor fashion," sambung Maman.

Kondisi serupa terjadi di sektor buah. "Belum lagi kalau kita masuk ke buah-buahan. Dulu perasaan saya, apel Malang itu masih top. Sekarang dalam benak kepala kita, kalau bicara apel malang itu udah urusannya masalah lain, sudah bukan lagi buah-buahan. Dulu di kampung saya Pontianak itu, jeruk Pontianak bagus sekali tuh, sekarang udah nggak ada," katanya.

Ia menambahkan contoh lain soal maraknya praktik pelabelan ulang.

"Jam tangan itu sekarang diproduksinya di China, di-labelingnya di Indonesia. Nah ini yang menjadi perhatian serius pemerintah sekarang ini," ujarnya.

Maman menegaskan, pemerintah akan mengambil langkah tegas dalam waktu dekat untuk menutup jalur masuk produk-produk tersebut.

"Makanya kalau nanti lihat dalam waktu satu bulan ini kita tegas tuh, di hulu tuh kita tutup semua. Supaya apa? Supaya ada playing fair dalam pertarungan di Indonesia ini," kata Maman.

Ia mengkritik ketimpangan aturan yang membuat produk dalam negeri justru terbebani regulasi, sementara barang impor melenggang mudah.

"Barang-barang China, produknya masuk Indonesia nggak perlu lewat sertifikasi perizinan segala macem. Seakan-akan kalau barang dari luar itu sudah pasti maha benar dengan segala firmannya. Tapi kalau barang Indonesia, UMKM lokal kita dia harus melewati yang pertama NIB, ngurusin sertifikat halal, semua yang ada di Indonesia itu disertifikasi halal, terus SNI, BP POM, dan lain sebagainya," jelasnya.

Kondisi tersebut, menurut dia, sangat ironis. "Artinya yang jadi permasalahan sekarang di Indonesia.. Di mana-mana tuh kalau main di rumah sendiri, tuan rumah, pasti biasanya lebih diuntungkan. Nah ini ironis sekali, akhirnya kesimpulan kita melihat realitas ini, berarti mau nggak mau lapangannya harus disterilisasi dulu," imbuh dia.

Karena itu, pemerintah berencana menutup sementara arus masuk barang-barang tersebut di tingkat hulu.

"Jadi nggak akan mungkin kalau lapangan tidak disterilisasi kita bisa menciptakan produk-produk unggulan kita di tanah air ini bisa bersaing dengan produk-produk dari luar," kata Maman.

Ia memastikan langkah itu diambil bersama sejumlah kementerian, termasuk bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Perdagangan (Kemendag), hingga Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

"Kita mau tutup dulu di hulunya. Sampai barang di lapangan ini bersih, steril semuanya, baru kita banjiri produk-produk lokal kita di Indonesia ini," tuturnya.

Lebih lanjut, Maman berharap dunia usaha melihat langkah ini sebagai peluang dalam memperkuat industri dalam negeri.

"Nah saya berharap peluang ini bisa dilihat oleh teman-teman Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia, sebagai bagian dari peluang, untuk bisa mengoptimalkan produk-produk lokal kita yang ada di Indonesia, untuk bersaing dan benar-benar menjadi tuan di tanah kita sendiri. Tetapi itu semua kalau hulunya nggak ditutup, jangan pernah berpikir. Itu nggak mungkin," pungkasnya.


(wur)
Saksikan video di bawah ini:

Donald Trump Akui Telepon Maduro di Tengah Ketegangan AS-Venezuela