Internasional

Penembakan Garda Nasional Buat Lockdown Gedung Putih, Ini Pelakunya

tfa, CNBC Indonesia
Kamis, 27/11/2025 21:20 WIB
Foto: Para penonton menyaksikan petugas penegak hukum berkumpul setelah dua anggota Garda Nasional dilaporkan ditembak di dekat Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 26 November 2025. (REUTERS/Nathan Howard)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang pria diduga sebagai pelaku penembakan dua tentara Garda Nasional di dekat Gedung Putih Amerika Serikat (AS), Rabu waktu setempat. Ia adalah warga negara Afghanistan yang pernah bertugas bersama pasukan Amerika di Kabul.

New York Times, CBS, NBC melaporkan, Rahmanullah Lakanwal, 29, melepaskan tembakan dan melukai tentara yang berpatroli pada Rabu sore. Ia kemudian ditembak dan dirawat di rumah sakit.

Meski begitu, mengutip AFP kepala keamanan AS Kristi Noem enggan menyebut nama. Ia hanya mengatakan di media sosial bahwa tersangka adalah salah satu dari banyak orang yang dibebaskan bersyarat massal tanpa pemeriksaan di Amerika Serikat dalam "Operasi Allies Welcome".

Operasi Allies Welcome adalah program yang diluncurkan oleh mantan presiden Joe Biden, yang menawarkan kesempatan bagi warga Afghanistan yang rentan, termasuk mereka yang bertugas bersama pasukan AS, untuk menetap di Amerika setelah kembalinya pemerintahan Taliban. NBC mengutip seorang kerabat tersangka, yang mengatakan Lakanwal tiba di AS pada September 2021 setelah bertugas di militer Afghanistan selama 10 tahun bersama Pasukan Khusus Amerika, yang sebagian besar bermarkas di Kandahar.


Foto: Anggota Garda Nasional berdiri di area yang ditutup dengan penanda bukti yang ditempatkan di tanah, setelah dua anggota Garda Nasional ditembak di dekat Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 26 November 2025. (REUTERS/Nathan Howard)

Sementara itu, Fox News, mengutip kepala CIA John Ratcliffe, mengatakan Lakanwal bekerja dengan berbagai entitas pemerintah AS, termasuk dinas intelijen. Lakanwal mengajukan suaka pada tahun 2024, yang dikabulkan pada tahun 2025, CNN dan CBS melaporkan, mengutip otoritas keamanan publik.

Presiden AS Donald Trump juga mengatakan bahwa tersangka adalah seorang Afghanistan yang tiba di Amerika pada tahun 2021, "dengan penerbangan-penerbangan yang keji ", merujuk pada evakuasi warga Afghanistan ketika Taliban mengambil alih negara yang dilanda perang itu menyusul penarikan pasukan AS. Tak lama setelah pidato Trump, Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS menangguhkan semua permohonan warga Afghanistan tanpa batas waktu.

"Berlaku segera, pemrosesan semua permintaan imigrasi yang berkaitan dengan warga negara Afghanistan dihentikan tanpa batas waktu sambil menunggu peninjauan lebih lanjut atas protokol keamanan dan pemeriksaan," tulis badan tersebut di media sosial, dikutip Kamis (27/11/2025).

Serangan mengejutkan itu, yang dilakukan pada sore hari ketika jalanan dan kantor-kantor di pusat kota Washington ramai, telah kembali menyoroti upaya militerisasi kontroversial Trump dalam upaya anti-kejahatan di seluruh negeri. Presiden telah mengerahkan pasukan ke beberapa kota, yang semuanya dikuasai Partai Demokrat, termasuk Washington, Los Angeles, dan Memphis.

Pengerahan pasukan ini telah memicu berbagai tuntutan hukum dan protes dari pejabat lokal yang menuduh Partai Republik tersebut menginginkan kekuasaan otoriter. Pernyataan Trump juga mengindikasikan bahwa upayanya yang sama kontroversialnya untuk membasmi migran ilegal di negara ini, inti dari agenda domestiknya, akan mendapatkan dorongan baru.

Foto: Seorang petugas penegak hukum berjalan di tengah kendaraan polisi, setelah dua anggota Garda Nasional ditembak di dekat Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 26 November 2025. (REUTERS/Nathan Howard)

"Kita sekarang harus memeriksa ulang setiap orang asing yang telah memasuki negara kita dari Afghanistan di bawah Biden," tulis Trump.

"Kita harus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan pengusiran setiap orang asing dari negara mana pun yang tidak pantas berada di sini, atau menambah manfaat bagi negara kita jika mereka tidak dapat mencintai negara kita, kita tidak menginginkan mereka," jelasnya.

Sebelumnya, asisten kepala kepolisian Washington, Jeffery Carroll, mengatakan pria bersenjata itu "menyergap" korbannya. Dia disebut datang dari sudut jalan, mengangkat tangannya dengan senjata api, dan melepaskan tembakan ke arah anggota Garda Nasional.

Direktur FBI Kash Patel mengatakan kedua anggota Garda Nasional berada dalam "kondisi kritis". Seorang reporter AFP di dekat lokasi kejadian mendengar beberapa suara letupan keras dan melihat orang-orang berlarian.

"Kami mendengar suara tembakan. Kami sedang menunggu di lampu lalu lintas dan terdengar beberapa tembakan," kata Angela Perry, 42, yang sedang berkendara pulang bersama kedua anaknya.

"Anda bisa melihat Garda Nasional berlari menuju metro dengan senjata terhunus," tambahnya.

Segera setelah penembakan, petugas keamanan membanjiri area tersebut. Petugas yang membawa senapan berjaga di balik garis kuning di perimeter sementara sebuah helikopter berputar di atas kepala.

Seorang reporter AFP melihat kru darurat berlari dengan tandu beroda. Tak lama kemudian muncul dengan seorang korban yang mengenakan kamuflase, yang dimasukkan ke dalam ambulans.

Gedung-gedung pemerintahan Washington dijaga ketat. Tetapi kota ini tidak kebal terhadap kejahatan jalanan yang serius.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Insiden Penembakan Garda Nasional Picu Lockdown Gedung Putih