MARKET DATA

Alasan Wamentan Bilang Panen Padi RI Tak Kalah dari Vietnam-Thailand

Ferry Sandi,  CNBC Indonesia
26 November 2025 18:20
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono  dalam Rapat Kerja Penyusunan RUU tentang Komoditas Strategis bersama Baleg DPR RI di Jakarta, Rabu (26/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)
Foto: Wakil Menteri Pertanian Sudaryono dalam Rapat Kerja Penyusunan RUU tentang Komoditas Strategis bersama Baleg DPR RI di Jakarta, Rabu (26/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan, produktivitas padi Indonesia masih sangat kompetitif jika dibandingkan dengan negara produsen besar di ASEAN seperti Vietnam dan Thailand.

"Mengenai hasil panen padi di Thailand dan Vietnam yang mencapai 12 ton. Saya kira mungkin perlu dicek lagi, karena memang produktivitas padi kita tidak kalah dengan mereka. Catatan di musim kemarau di Vietnam itu 6 sampai 7 ton per hektare, dan di musim hujan turun 4 sampai 5 ton per hektare," katanya dalam rapat kerja dengan Badan Legislatif (Baleg) di DPR, Rabu (26/11/2025).

Ia menilai perbandingan produktivitas seharusnya mempertimbangkan musim, karakter tanah, serta teknik budidaya di masing-masing negara. Angka fantastis seperti 12 ton per hektare tidak mencerminkan kondisi produksi rata-rata di Vietnam maupun Thailand.

Sejumlah daerah sentra produksi di Indonesia sebenarnya mampu menghasilkan panen yang jauh lebih tinggi daripada angka rata-rata nasional. Hal ini diyakini membuat produktivitas di wilayah tersebut jauh lebih unggul.

"Kalau di tanah di Pulau Jawa, yang memang budaya masyarakatnya di Pulau Jawa, di Sulawesi Selatan, di Sumatra Selatan, yang memang budaya menanam padinya memang berbudaya menanam padi itu bisa di atas 8, 9, ada yang 10 ton per hektar," katanya.

Data ini menunjukkan adanya daerah-daerah yang sudah sangat produktif dan dapat disejajarkan dengan sentra produksi di negara tetangga. Produktivitas tinggi ini terutama didorong oleh tradisi pertanian yang kuat, teknik budidaya yang terus berkembang, dan kualitas lahan yang mendukung.

Lebih lanjut, Sudaryono menjelaskan kenapa angka nasional Indonesia hanya berada di kisaran 5,5 hingga 6 ton per hektare. Ia menyebut, perhitungan rata-rata mencakup seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah yang baru mengembangkan budidaya padi. Wilayah tersebut biasanya memiliki produktivitas yang masih rendah sehingga menurunkan angka rata-rata nasional.

"Lantas kenapa kemudian rata-rata kemudian dikatakan produktivitas kita 5,5 sampai 6 ton? Karena memang dirata-rata seluruh Indonesia Jadi yang di Kalimantan, yang di Sulawesi, yang budaya barangkali baru nanem padi, padinya padi gogo, produktivitasnya rendah, nah itu dirata-rata nasionalnya jadi 5,5 sampai 6 ton per hektare," katanya.

Angka ini tidak menggambarkan kemampuan maksimal Indonesia, melainkan kondisi faktual ketika seluruh wilayah dihitung tanpa melihat perbedaan teknik maupun tradisi budidaya.

Sudaryono juga memastikan, produktivitas Indonesia bisa meningkat signifikan bila seluruh wilayah mendapatkan dukungan optimal, mulai dari benih unggul hingga ketersediaan air. Penguatan ekosistem produksi ini dapat membawa Indonesia sejajar atau bahkan lebih unggul dari Vietnam dan Thailand.

"Sebetulnya, kapasitas benih dengan perlakuan yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, maka produktivitas kita tidak kalah atau bahkan unggul dibanding tetangga kita yaitu Thailand dan Vietnam," sebut Sudaryono.

(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-Siap! Produksi Gabah Diprediksi Turun 22,74%, Pasokan Lokal Aman?


Most Popular