TINS Perkuat Riset Logam Tanah Jarang

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 26/11/2025 15:00 WIB
Foto: Logam Tanah Jarang

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk (TINS) tengah fokus melakukan riset terkait keberadaan Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth elements, terutama yang terkandung di dalam mineral ikutan timah.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk (TINS) Rendi Kurniawan mengatakan, penguatan riset terkait keberadaan LTJ menjadi langkah awal, sebelum perusahaan masuk pada tahap komersialisasi.

"PT Timah tengah fokus untuk mengembangkan ke depannya potensi dari logam tanah jarang, yang mana sumber daripada logam tanah jarang itu ada pada mineral ikutan timah, dan pada saat ini PТ Timah dalam posisi akan mengembangkan dari sisi risetnya dulu," kata Rendi, dikutip dari Dokumen Hasil Pelaksanaan Public Expose Tahunan 2025 PT Timah Tbk, Rabu (26/11/2025).


Rendi membeberkan, riset dijadwalkan berlangsung hingga 2027 dengan pemanfaatan fasilitas pilot plant milik perusahaan. Setelah seluruh kualifikasi dan persyaratan terpenuhi, barulah PT Timah dapat melangkah ke tahap komersialisasi.

Selanjutnya pada 2028, perusahaan dapat memasuki tahapan industrialisasi dari Logam Tanah Jarang. Dengan demikian, pihaknya berharap dukungan semua pihak agar pengembangan mineral strategis dapat berjalan lancar.

"Karena memang ini nanti merupakan masa depan, masa depan bagi PT Timah, masa depan bagi Bangka Belitung dan masa depan bagi Indonesia di dalam kancah global terhadap sumber daya logam tanah jarang yang saat ini memang betul-betul tengah dibutuhkan oleh dunia," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, logam tanah jarang (LTJ) ini merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral" yang terdiri dari 17 unsur, antara lain scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).

Logam tanah jarang ini juga digunakan untuk bahan baku pembuatan alutsista di industri pertahanan.

Beberapa material alutsista menggunakan unsur LTJ sebagai unsur paduan, antara lain material Terfenol-D, paduan tiga logam terdiri dari Terbium (Te), Iron (Fe), dan Dysprosium (Dy) sebagai material peredam gelombang sonar pada teropong bidik senapan malam (TBSM) untuk material optic Yttrium aluminium garnet (YAG) dan lainnya.

Di Indonesia, potensi mineral tanah jarang berasal dari beberapa produk turunan dari hasil pengolahan sejumlah mineral, seperti timah, emas, alumina, pasir zircon hingga nikel.

Harga Fantastis

Chairman Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengungkapkan bahwa LTJ menjadi mineral yang cukup penting karena mempunyai segudang manfaat. Salah satunya yakni untuk kebutuhan untuk industri pertahanan dan harganya cukup mahal.

"Jadi pengembangan LTJ itu untuk industri pertahanan tapi LTJ kan selain pertahanan kan bisa buat harganya memang mahal," kata Irwandy ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.

Adapun, sepanjang 2025, neodymium menjadi logam tanah jarang dengan kenaikan harga paling signifikan. Dalam beberapa waktu terakhir, harganya melonjak tajam.

Mengutip data Trading Economics, Rabu (26/11/2025), harga neodymium berada di kisaran CNY 702.000 per ton atau sekitar Rp 1,65 miliar per ton. Nilai ini meningkat 36,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/ yoy).


(ven/wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menggali Potensi Logam Tanah Jarang, RI Siap Jadi Pemain Global