MARKET DATA

Temuan Polisi, Sisa di Wilayah RI Ini Harga Beras Mahal di atas HET

Martyasari Rizky,  CNBC Indonesia
24 November 2025 13:25
Suasana aktivitas penjualan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta, Jumat (8/8/2025). Indeks kenaikan harga-harga atau inflasi berpotensi terkerek naik pada Agustus 2025, salah satu penyebabnya adalah terus tingginya harga beras. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Suasana aktivitas penjualan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta, Jumat (8/8/2025). Indeks kenaikan harga-harga atau inflasi berpotensi terkerek naik pada Agustus 2025, salah satu penyebabnya adalah terus tingginya harga beras. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras nasional mulai menunjukkan penurunan pada pekan ketiga November 2025. Namun pengawasan masih terus diperkuat, terutama karena zona 3 masih mencatat harga beras yang berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Satgas Pangan Polri memastikan langkah mitigasi dilakukan agar stabilisasi harga merata di seluruh wilayah.

Koordinator Satgas Pengendalian Harga Beras Wilayah Hukum Polda Metro Jaya Ade Safri Simanjuntak menjelaskan, hasil pantauan terbaru menunjukkan sebagian wilayah mulai kembali stabil. Di zona 1 dan zona 2, baik beras premium maupun medium kini sudah berada di bawah HET.

"Komoditas yang menjadi fokus perhatian, dalam hal ini beras, terkait dengan komoditas beras premium, di mana di zona 1 beras premium dengan HET Rp14.900 per kg, di tanggal 20 November 2025, dari hasil pantauan dari Satgas Pangan Polri, itu adalah sebesar Rp14.668 per kg, dan ini turun atau di bawah HET sebesar 1,56 persen," jelas Ade dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (24/11/2025).

Ade merinci, untuk beras premium di zona 1 dengan HET Rp14.900 per kg, harga di pasar rata-rata tercatat sekitar Rp14.668 per kg. Kondisi serupa terjadi di zona 2, di mana harga premium berada di kisaran Rp15.247 per kg dari HET Rp15.400 per kg. Tren ini menunjukkan penurunan tipis dibanding minggu sebelumnya, namun tetap berada dalam rentang yang dianggap terkendali.

Pada beras medium, zona 1 dan zona 2 juga menunjukkan situasi stabil. Harga di zona 1 berada di kisaran Rp13.116 per kg dari HET Rp13.500, sementara zona 2 berada sekitar Rp13.427 dari batas HET Rp14.000 per kg.

Namun di zona 3, baik premium maupun medium masih mencatat harga jauh di atas HET. Beras premium di wilayah ini berada di kisaran Rp18.737 per kg dari batas HET Rp15.800 per kg. Sementara beras medium masih berada di sekitar Rp16.995 per kg dari HET Rp15.500 per kg.

Meski turun dibanding pekan sebelumnya, selisih harga masih cukup signifikan. Ade menegaskan, situasi zona 3 masih membutuhkan perhatian.

"Jadi walaupun turun, tapi masih di atas HET," ucap dia.

Gerakan Pangan Murah Jadi Intervensi Utama

Untuk meredam selisih harga, Polri bersama pemerintah pusat maupun daerah telah memperluas penyaluran beras SPHP melalui Gerakan Pangan Murah (GPM). Program ini digelar di pasar tradisional hingga ritel modern, menyasar daerah dengan harga beras yang masih melampaui HET.

Polri mencatat hingga November 2025, total distribusi beras SPHP nasional mencapai 462.480 ton. Dari jumlah tersebut, Polri sendiri telah merealisasikan 152.255 ton atau berkontribusi 33% dari total penyaluran nasional. Program ini telah menjangkau lebih dari 30 juta masyarakat di lebih dari 119 ribu titik pelaksanaan, dengan harga jual rata-rata Rp11.760 per kg, jauh di bawah HET.

Ade mengatakan program ini efektif karena menjadi alat intervensi pasar.

"Hadirnya beras SPHP ini bisa dikatakan sebagai obat apabila ada penjualan harga beras di atas HET," ujarnya.

BPS: Harga Mulai Terkendali, Tapi Zona 3 Masih Tantangan

Hal senada juga disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), yang mencatat tren positif pada penurunan harga beras. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, jumlah daerah yang mengalami kenaikan indeks harga, mengalami penurunan dari 39 menjadi 37 kabupaten/kota. Ia menyebut penurunan harga ini merupakan hasil dari koordinasi intensif lintas kementerian dan pemerintah daerah.

Amalia memaparkan, rata-rata harga beras nasional kini berada di kisaran Rp15.238 per kg, turun 1,56% dari bulan sebelumnya. Secara nasional, 66,11% daerah kini mencatat tren penurunan.

"Ini sinyal yang bagus," kata Amalia dalam kesempatan yang sama.

Meski begitu, zona 3 tetap menjadi wilayah dengan tekanan harga tertinggi. Beberapa daerah di Papua disebut mencatat harga ekstrem, seperti Kabupaten Intan Jaya dengan kenaikan harga hingga Rp54.772 per kg, dan Kabupaten Puncak dengan Rp45.000 per kg.

Amalia menilai diperlukannya perhatian lebih untuk daerah-daerah tersebut.

"Yang paling besar dan paling tinggi ada di Kabupaten Tambrauw. Yang paling rendah penurunannya di kawasan Jawa dan Sumatera, terutama Musi Banyuasin," sebut dia.

Adapun jika dilihat berdasarkan jenis beras, penurunan juga terjadi pada dua kategori utama. Amalia menyebut tren ini menandakan perbaikan kondisi pasar.

Rata-rata harga beras medium turun 1,54% menjadi Rp14.253 per kg dari posisi sebelumnya Rp14.475 per kg di Oktober 2025.

Untuk jenis premium, harga rata-rata turun 1,67% menjadi Rp16.040 per kg dari sebelumnya Rp16.313 per kg.

Materi paparan Koordinator Satgas Pengendalian Harga Beras Wilayah Hukum Polda Metro Jaya Ade Safri Simanjuntak dalam Rapat Koordinasi Inflasi Daerah Tahun 2025, Senin (24/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube/Kemendagri)Foto: Materi paparan Koordinator Satgas Pengendalian Harga Beras Wilayah Hukum Polda Metro Jaya Ade Safri Simanjuntak dalam Rapat Koordinasi Inflasi Daerah Tahun 2025, Senin (24/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube/Kemendagri)
Materi paparan Koordinator Satgas Pengendalian Harga Beras Wilayah Hukum Polda Metro Jaya Ade Safri Simanjuntak dalam Rapat Koordinasi Inflasi Daerah Tahun 2025, Senin (24/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube/Kemendagri)

(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Beras Naik, Pedagang Bingung Cari Stok-Modal Beli Makin Mahal


Most Popular