Sosok WN China yang Palsukan Kewarganegaraan & Terpilih Jadi Wali Kota
Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang warga negara China ketahuan memalsukan kewarganegaraan dan menjadi wali kota. Ini terjadi di Filipina, tetangga RI.
Warga China itu bernama Alice Guo. Ia telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup bersama tujuh orang lainnya.
Namun sebenarnya hukuman kepadanya bukan hanya soal pemalsuan kewarganegaraan. Tapi juga penipuan dan perdagangan manusia.
Lalu bagaimana sosoknya?
Guo awalnya menarik perhatian karena sosoknya yang cantik dan muda. Kala ia mencalonkan diri sebagai wali kota di kota Bamban, umurnya baru 30 tahunan.
Ia kemudian bertanding di pemilu 2022, dan memenangkan kontestasi sebagai wali kota Bamban. Kota ini merupakan area rural di Provinsi Tarlac, Filipina.
Selama dua tahun pertama masa jabatannya sebagai wali kota, Guo yang berjanji untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di komunitas kecil tersebut sangat disukai di sana. Ia mengadakan penggalangan dana untuk siswa yang kembali bersekolah dan membagikan makanan kepada keluarga yang membutuhkan.
Wanita 35 tahun itu kerap mendokumentasikan masa jabatannya di media sosial. Ia berpose bersama konstituennya saat meresmikan pembangunan gedung baru atau memberikan penghormatan kepada para guru di komunitasnya yang berpenduduk 80.000 jiwa.
Namun, kejayaan Guo tiba-tiba terhenti pada Maret 2024. Hal ini terjadi ketika para pejabat menggerebek kompleks perjudian daring di dekat balai kota Bamban, Baofu Land Development.
Awalnya para pekerja mengadu, mengeluhkan perlakuan buruk dan "pemenjaraan palsu". Penggerebekan dini hari itu memicu kecaman publik terkait perjudian, eksploitasi, dan spionase.
Hal ini pulalah yang mengakibatkan Guo dipenjara beberapa bulan kemudian. Dalam penyelidikan ia ternyata merupakan bos di kompleks perjudian itu, bahkan ternyata bukan warga Filipina.
"Kasus ini memberikan peringatan yang sangat dibutuhkan bagi penegak hukum Filipina," kata seorang analis geopolitik dan dosen di Universitas De La Salle di Manila, Don McLain Gill, dikutip Washington Post, Senin (24/11/2025).
Foto: Alice Guo. (Facebook/Senate of the Philippines/File Foto) |
Baofu Land Development
Baofu Land Development berada persis di belakang kantor wali kota. Penggerebekan ke Baofu Land Development dimulai saat Filipina mengintensifkan pemberantasan ke 400 pusat penipuan ilegal, yang dikenal sebagai operasi perjudian lepas pantai Filipina (POGO), dan tersebar di seluruh negeri.
POGO menjamur selama pandemi virus corona dan melayani klien di China, tempat perjudian sebagian besar ilegal telah dikaitkan dengan perdagangan manusia, eksploitasi seksual, dan kejahatan terorganisir. Para penyidik mulai mencurigai bahwa kompleks Baofu Land Development di Bamban adalah fasilitas POGO setelah seorang pekerja Vietnam melarikan diri dari kompleks tersebut pada bulan Februari 2024 dan seorang pekerja Malaysia mengatakan kepada pihak berwenang bahwa ia ditahan di sana di luar kehendaknya.
Ini membuat pihak berwenang mendatangi kompleks 36 gedung itu di Maret. Di sana, mereka menemukan lebih dari 800 warga Filipina, China, Vietnam, dan warga negara lainnya, bekerja di sana dalam kondisi yang sangat buruk.
Para penyidik juga menemukan skrip "penipuan cinta", senjata api, dan ponsel yang digunakan untuk transaksi penipuan. Pihak berwenang menyita dokumen yang menunjukkan bahwa Guo adalah presiden perusahaan yang memiliki kompleks tersebut.
Penemuan ini mendorong anggota parlemen Filipina untuk membuka penyelidikan terhadap Baofu Land Development. Selama berminggu-minggu, anggota Komite Senat untuk Perempuan, Anak, Hubungan Keluarga, dan Kesetaraan Gender menginterogasi Guo tentang hubungannya dengan pusat perjudian tersebut dalam sidang dengar pendapat yang disiarkan televisi selama berjam-jam.
Guo awalnya membantah terlibat dalam perusahaan tersebut. Ia mengaku telah dikeluarkan dari Baofu Land Development.
"Saya tidak memiliki vila apa pun di dalam kompleks itu. Bahkan, saya tidak melihat penyelesaian pembangunan vila [di sana] setelah saya melepas saham saya di Baofu," kata Guo dalam sidang tersebut, Manila Times melaporkan saat itu.
"Ini dikeluarkan sebelum saya menjadi wali kota Bamban, dan saya tidak lagi terlibat [dengan Baofu] setelah itu," kata Guo.
Foto: Alice Guo. (Facebook/Senate of the Philippines/File Foto) |
Kehidupan Pribadi
Kasus ini pun menyeret anggota parlemen, untuk mulai menyelidiki kehidupan pribadi Guo. Ini dimulai saat Guo tampak kesulitan menjawab pertanyaan tentang masa kecilnya, termasuk tentang akta kelahiran, asal usul, dan pendidikannya.
Guo mengatakan kepada anggota parlemen bahwa ayahnya adalah warga negara China, meskipun ayahnya tercantum sebagai orang Filipina di akta kelahirannya. Guo juga mengatakan bahwa ibunya adalah seorang Filipina bernama Amelia Leal, meskipun tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa ia pernah ada.
"Saya kenal semua politisi dari Tarlac. Tidak ada yang mengenalnya. Itu sebabnya kami bertanya-tanya dari mana asalnya. Bagaimana ini bisa terjadi?" kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. kepada para wartawan pada bulan Mei.
Spionase
Ketika pertanyaan tentang identitasnya dan hubungannya dengan kejahatan terorganisir China bermunculan, para pejabat mulai menyuarakan kekhawatiran tentang spionase. Senator Filipina Risa Hontiveros, yang mempelopori penyelidikan Senat terhadap Guo, di awal sidang pada akhir Mei, jelas-jelas menanyakan apakah ia seorang mata-mata dalam sidang resmi.
"Apakah wali kota ini, yang lahir di pertanian, diajar oleh satu orang saja dari TK hingga SMA, lalu tidak kuliah, seorang mata-mata Tiongkok?," tanya nya.
"Pencuci uang kelas kakap? Pelopor penipuan dan perdagangan manusia? Tidak satu pun? Salah satu? Atau semuanya?" tambahnya.
Kemudian pada bulan Juni, pejabat Filipina mengumumkan bahwa sidik jari Guo cocok dengan sidik jari seorang warga negara China. Wanita China itu bernama Guo Hua Ping.
"Ini mengonfirmasi apa yang saya duga selama ini," tegas Hontiveros.
"Wali Kota Alice adalah orang Filipina palsu, atau haruskah saya katakan, Guo Hua Ping, adalah orang China yang menyamar sebagai warga negara Filipina untuk memfasilitasi kejahatan yang dilakukan oleh POGO," jelasnya di Manila Times.
Melarikan DiriÂ
Setelah kedoknya ketahuan, Guo pun dikeluarkan dari partai politiknya. Ia pun dicopot dari jabatannya pada bulan Agustus 2024.
Namun ketika aparat penegak hukum mengajukan tuntutan pencucian uang terhadap Guo, menuduhnya dan 35 orang lainnya mencuci uang lebih dari 101 juta peso Filipina (Rp 28,6 miliar), ia telah melarikan diri dari negara tersebut. Guo dilacak di Malaysia dan Singapura sebelum ditangkap di Indonesia pada bulan September 2024.
"Kasus Alice Guo menunjukkan betapa mengakarnya aktivitas spionase di negara ini," kata McLain Gill, dosen di Manila.
(sef/sef)[Gambas:Video CNBC]
Foto: Alice Guo. (Facebook/Senate of the Philippines/File Foto)
Foto: Alice Guo. (Facebook/Senate of the Philippines/File Foto)