Lorong Sunyi Pongkor: di Balik Kilau Emas yang Diburu Investor

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Senin, 24/11/2025 12:15 WIB
Foto: Tambang bawah tanah Pongkor, Bogor, Jawa Barat yang dikelola oleh PT Antam Tbk (ANTM) dengan produksi utama emas dan perak, Kamis (16/10/2025). (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)

Pongkor, CNBC Indonesia - Di balik kilau emas batangan yang berbaris rapi di etalase butik Logam Mulia ANTAM, terdapat perjalanan panjang yang hampir tidak mungkin dibayangkan oleh mereka yang hanya melihatnya sebagai instrumen investasi.

Emas yang selama ini memancarkan kilau glamor dan menjadi buruan sejatinya bermula dari tempat yang jauh berbeda dari bayangan kebanyakan orang. Bukan dari ruang mewah, melainkan dari kedalaman perut bumi yang gelap, lembab, sunyi, dan nyaris tak tersentuh cahaya.

Tambang Emas Pongkor yang dioperasikan oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor, menjadi saksi bagaimana para pekerja bahu membahu menyulap gumpalan tanah menjadi kepingan logam berwarna kuning menyilaukan.


Terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tambang bawah tanah ini tampak biasa dari kejauhan. Namun suasana berubah ketika mobil jenis double cabin yang ditumpangi para pekerja memasuki mulut tambang.

Lorong-lorong panjang yang gelap gulita pun menyambut. Suara blower bergemuruh, udara lembab merayap, dan satu-satunya cahaya berasal dari lampu kecil di helm para pekerja tambang yang cukup untuk melihat beberapa langkah ke depan.

Di ruang ini lah para pekerja bekerja tanpa henti, bergantian dalam tiga shift selama 24 jam penuh. Merekalah yang memastikan alur produksi tetap bergerak dari pengeboran hingga pengangkutan batuan ore.

Pongkor sendiri merupakan salah satu tambang emas bawah tanah paling penting di Indonesia. Eksplorasinya dimulai tahun 1974, awalnya untuk mencari timbal dan seng. Namun, pada 1981 urat emas dan perak ditemukan, temuan yang akhirnya mengubah sejarah tambang ini.

"Di tahun 1992 pembangunan fasilitas tambang. Kemudian di tahun 1994 ini plant 1 sudah mulai beroperasi, kemudian di tahun 1997 kita mulai operasi dengan plant 2, jadi ada 2 plant di Pongkor," ungkap CSR & External Relations Bureau Head Antam UBP Emas Arif Rahman Saleh dalam paparan MediaMIND 2025 di Bogor, Rabu (15/10/2025).

Kini, lebih dari tiga dekade sejak operasi pertamanya, Pongkor tetap menjadi salah satu tambang emas bawah tanah yang produktif. Area Izin Usaha Pertambangan (IUP) Pongkor sendiri mencakup 6.047 hektare, seluruhnya berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Sementara, General Manager Gold Mining Business Unit UBP Emas Antam Nilus Rahmat membeberkan bahwa Pongkor masih menghasilkan sekitar 1 ton atau 1 juta gram emas per tahun.

Menurut dia, guna memastikan keberlanjutan operasi, Antam juga gencar melakukan kegiatan eksplorasi. Adapun, dengan kapasitas yang ada saat ini sisa umur tambang Pongkor diperkirakan bisa lebih dari 2031.

"Kalau sekarang, nanti bisa dicek ya di teman-teman Geomin, tapi masih cukup untuk tadi yang saya sampaikan dengan kapasitas yang ada saat ini, kita masih bisa sampai di 2031, bahkan lebih dari 2031, bisa lebih," kata Nilus saat ditemui di Pongkor, Kamis (16/10/2025).

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama Antam Achmad Ardianto pernah mengungkapkan, kebutuhan emas perusahaan kini telah mencapai puluhan ton. Sementara produksi yang berasal dari internal hanya sebesar 1 ton per tahun.

Untuk menutup defisit tersebut, ANTAM mengandalkan tiga sumber utama pasokan emas. Pertama, yakni hasil buyback dari masyarakat, kedua melalui pembelian dari penambang lokal, dan ketiga melalui impor dari luar negeri.

Hanya saja, untuk pembelian emas dari penambang domestik, ia mengakui masih menghadapi tantangan terkait kepastian pasokan. Sebab belum ada aturan yang mewajibkan perusahaan tambang untuk menjual emasnya kepada ANTAM.

"Persoalannya adalah tidak ada aturan yang mewajibkan mereka untuk menjual ke Antam. Jadi menjadi fleksibilitas bagi perusahaan tambang di Indonesia untuk menjualnya di dalam negeri ataupun mengekspor," tuturnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9/2025).

Di sisi lain, Ardianto menargetkan agar merek Logam Mulia yang beredar saat ini menjadi ikon emas nasional. Terlebih, produk emas ANTAM tersebut telah menguasai sekitar 78% pangsa pasar emas ritel di Indonesia.

ANTAM juga memiliki fasilitas pemurnian emas di Pulo Gadung, Jakarta dengan kapasitas produksi 40 ton per tahun. Seluruh proses mulai dari pemurnian hingga pencetakan kepingan emas dilakukan di tempat ini.

"Nah 40 ton itu dimurnikan semuanya di Pulo Gadung, kemudian dicetak menjadi kepingan-kepingan dan kemudian dijual kepada masyarakat. Semuanya di Pulo Gadung," ujarnya.

Pemerintah Turun Tangan, Kaji Penerapan DMO Emas untuk ANTAM

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka opsi penerapan kebijakan penjualan emas untuk kepentingan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) untuk komoditas emas. Langkah ini diambil menyusul tingginya ketergantungan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) terhadap impor emas dalam beberapa tahun terakhir.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, sejatinya ANTAM telah mendapat jaminan pasokan emas sebanyak 30 ton dari PT Freeport Indonesia (PTFI).

Namun, situasi berubah sejak adanya penutupan tambang bawah tanah milik Freeport di Grasberg, Papua. Seperti diketahui, telah terjadi aliran lumpur material basah di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, pada 8 September 2025 lalu, sehingga aktivitas pertambangan dihentikan. Hingga kini tambang bawah tanah GBC PT Freeport Indonesia masih belum beroperasi.

"Sebetulnya sudah ada perjanjian sama Freeport kan. Terus kemudian atas perjanjian itu sebetulnya gak ada masalah, sudah oke. Nah cuma karena ini ada kejadian ini kan, ya kita bahas lah, nanti kita evaluasi bagaimana baiknya," kata Tri ditemui di Kementerian ESDM beberapa waktu lalu.

Karena itu, pemerintah tengah mengevaluasi kebijakan DMO untuk komoditas emas guna memenuhi kebutuhan emas di dalam negeri. Terutama, yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Sudirman Widhy menilai kondisi ini tak bisa dilepaskan dari fakta yang disampaikan sebelumnya oleh Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto bahwa perusahaan masih harus mengimpor sekitar 30 ton emas per tahun demi memenuhi tingginya permintaan masyarakat.

Menurut dia, kesadaran masyarakat untuk berinvestasi emas semakin meningkat. Sehingga, pemerintah semestinya merespons tren tersebut dengan memperbaiki dan memperkuat tata kelola perdagangan emas, agar produksi tambang dan kebutuhan pasar dapat berjalan lebih seimbang.

Widhy menjelaskan, untuk menutup kekurangan sekitar 30 ton emas per tahun tersebut, ANTAM sebetulnya telah menandatangani perjanjian jual beli dengan PT Freeport Indonesia pada November 2024. Dalam kesepakatan itu, Freeport berkomitmen memasok 30 ton emas per tahun selama lima tahun.

Namun realisasi pasokan itu belum dapat berjalan sesuai rencana lantaran produksi Freeport saat ini masih terganggu akibat insiden longsor material basah tersebut.

Ia pun meyakini ketika produksi tambang Freeport kembali normal, kebutuhan emas ANTAM yang selama ini terpaksa dipenuhi melalui impor dapat tertutupi dari pasokan Freeport tersebut.

Sembari menunggu pemulihan, pemerintah dapat menerapkan kebijakan DMO bagi perusahaan-perusahaan tambang emas lain yang selama ini lebih memilih mengekspor hasil produksinya. Langkah ini dapat menjadi solusi sementara untuk memastikan kebutuhan emas ANTAM terpenuhi tanpa harus terus bergantung pada impor.

"Namun demikian memang harus dipastikan jika kebijakan DMO ini akan tetap berlaku fair bagi kedua belah pihak, baik bagi Antam sebagai pembeli maupun Perusahaan tambang Emas sebagai pihak penjual secara business to business, jangan merugikan satu pihak," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (24/11/2025).


(ven/wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasang Tarif Bea Keluar Ekspor Emas, Purbaya Target Raup Rp 2 T

Pages