Internasional

Wali Kota Muslim Mamdani Temui Trump, Mendadak Mesra dan Saling Puji

luc, CNBC Indonesia
Sabtu, 22/11/2025 06:28 WIB
Foto: REUTERS/Jonathan Ernst

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah berbulan-bulan saling melempar hinaan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan wali kota terpilih New York Zohran Mamdani saling tersenyum, bertukar pujian, dan berjanji bekerja sama mengatasi masalah kejahatan dan keterjangkauan di kota terbesar negara itu dalam sebuah pertemuan yang berlangsung di Gedung Putih, Jumat (21/11/2025) waktu setempat.

Dua tokoh dengan latar politik berseberangan, seorang miliarder Republik dan seorang sosialis demokrat muda, telah berselisih mengenai segala hal mulai dari imigrasi hingga kebijakan ekonomi. Namun dalam pertemuan pertama mereka, keduanya tampak akrab.

Mamdani, 34 tahun, berdiri di samping meja Trump ketika presiden berusia 79 tahun itu tersenyum ke arahnya dan menepuk lengannya dengan hangat, padahal baru-baru ini Trump menggambarkan Mamdani sebagai seorang "komunis," di antara ejekan lainnya.


"Kami sepakat dalam jauh lebih banyak hal daripada yang saya kira," kata Trump setelah mengundang wartawan masuk setelah pertemuan tertutup, dilansir Reuters. "Kami punya satu kesamaan: kami ingin kota kita yang kita cintai ini berjalan dengan sangat baik."

Pertemuan di Ruang Oval itu, ruangan di mana Trump kadang mempermalukan atau menegur kepala negara yang berkunjung, berlangsung jauh lebih baik daripada prediksi Trump sendiri sebelumnya.

Kedua pria itu, dua generasi berbeda dari warga New York, tidak mengumumkan kebijakan baru apapun kecuali tampaknya peluncuran sebuah hubungan profesional yang tak terduga dan berpotensi mengguncang politik.

"Apa yang benar-benar saya hargai dari presiden adalah bahwa pertemuan yang kami lakukan tidak berfokus pada titik-titik perbedaan, yang jumlahnya banyak, tetapi berfokus pada tujuan bersama yang kita miliki dalam melayani warga New York," kata Mamdani.

Trump mengatakan ia senang mengesampingkan perbedaan partisan. "Makin baik dia melakukannya, semakin bahagia saya," kata Trump.

Sebelumnya, saat Mamdani melonjak dalam jajak pendapat menuju kemenangan awal bulan ini, Trump, mengeluarkan ancaman untuk mencabut pendanaan federal dari New York City.

Dalam minggu-minggu sebelum mereka bertemu, Trump telah menyebut Mamdani sebagai "radikal kiri gila," komunis, dan "pembenci Yahudi," tanpa memberikan bukti untuk tuduhan tersebut.

Sebaliknya, wali kota terpilih itu secara rutin mengkritik berbagai kebijakan Trump, termasuk rencana meningkatkan penegakan imigrasi federal di New York City, di mana empat dari sepuluh penduduk merupakan warga kelahiran luar negeri.

Adapun Mamdani menganut sosialisme demokratis ala Nordik, bukan komunisme. Meskipun merupakan kritikus keras Israel, ia didukung oleh politisi Yahudi terkemuka, membawa staf Yahudi dalam pemerintahan barunya, terutama Komisaris Kepolisian New York Jessica Tisch, dan telah berulang kali mengutuk antisemitisme.

Dalam pertemuan itu, Mamdani dan Trump menertawakan beberapa hinaan pedas mereka dari pekan-pekan sebelumnya ketika wartawan mengingatkan apa yang telah mereka katakan satu sama lain.

"Saya pernah dipanggil jauh lebih buruk daripada seorang despot," kata Trump sambil tersenyum. "Jadi itu tidak terlalu menghina, tapi saya pikir dia akan mengubah pikirannya setelah kita mulai bekerja bersama."

Trump Bela Mamdani

Trump membela Mamdani, yang lahir di Uganda dan akan menjadi wali kota Muslim pertama New York City, dari beberapa serangan Islamofobia yang ia hadapi. Seorang wartawan bertanya kepada Trump apakah ia percaya bahwa ia memiliki "seorang jihadis" berdiri di sebelah kanannya.

"Tidak, saya tidak percaya," jawab Trump sementara Mamdani melihat ke arahnya. "Saya bertemu dengan seorang pria yang merupakan orang yang sangat rasional."

Kampanye Mamdani yang energik dan piawai media sosial memicu perdebatan mengenai jalur terbaik bagi Partai Demokrat secara nasional. Tidak berkuasa di Washington dan terbelah secara ideologis, Partai Demokrat terutama bersatu oleh oposisi mereka terhadap Trump, yang secara konstitusional dilarang mencalonkan diri lagi pada 2028.

Mamdani berjanji untuk fokus pada isu keterjangkauan, termasuk biaya perumahan, bahan makanan, penitipan anak, dan transportasi bus di kota berpenduduk 8,5 juta itu. Warga New York membayar hampir dua kali lipat rata-rata sewa nasional.

Inflasi menjadi isu utama di Amerika, dan dalam hal ini Trump mendapat penilaian rendah. Hanya 26% orang Amerika mengatakan Trump melakukan pekerjaan yang baik dalam mengelola biaya hidup, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos pekan ini.

Pemerintah federal AS menyediakan dana sebesar $7,4 miliar kepada New York City pada tahun fiskal 2026, atau sekitar 6,4% dari total pengeluaran kota tersebut, menurut laporan Pengawas Keuangan Negara Bagian New York. Tidak jelas kewenangan hukum apa yang dapat digunakan Trump untuk menahan pendanaan yang diwajibkan oleh Kongres.

Trump berulang kali mendesak warga New York untuk tidak memilih Mamdani, memperingatkan bahwa itu akan menjadi bencana bagi kota yang telah digambarkan media konservatif sebagai neraka penuh kejahatan, meskipun kota itu termasuk salah satu kota besar teraman di negara tersebut. Setelah masa jabatannya yang pertama sebagai presiden, Trump pindah dari Manhattan dan menjadi warga Florida.

Seorang wartawan bertanya kepada Trump apakah ia akan mempertimbangkan untuk kembali ke kota kelahirannya jika Mamdani yang memimpinnya.

"Ya, tentu," kata Trump, "terutama setelah pertemuan ini."

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Wali Kota Terpilih New York Ajak Boikot Starbucks