54% Kebutuhan Aluminium RI Masih Dipasok dari Impor
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mengungkapkan bahwa kebutuhan aluminium nasional hingga saat ini masih bergantung pada impor. Karena itu, upaya untuk menggenjot kapasitas produksi aluminium dalam negeri cukup penting.
Direktur Utama PT Inalum Melati Sarnita membeberkan bahwa setidaknya baru 46% kebutuhan aluminium primer dapat dipenuhi dari produksi domestik. Sementara sebanyak 54% sisanya masih harus diimpor dari luar negeri.
"Jadi masih ada 54% kebutuhan aluminium primer yang masih dipenuhi oleh impor. Sehingga percepatan pembangunan smelter dan refinery menjadi sangat krusial untuk ke depannya," kata Melati dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (20/11/2025).
Menurut Melati guna mengatasi persoalan tersebut, maka pihaknya dalam lima tahun ke depan bakal menggenjot kapasitas produksi aluminium. Dimana, dari yang semula hanya 275 ribu ton menjadi 900 ribu ton.
"Ke depannya di tahun 2029 kami sangat berharap kami bisa meningkatkan kapasitas produksi kami itu menjadi 900 KTPA untuk aluminium produk dengan support 2 juta ton alumina di projek SGAR 1 dan SGAR 2," katanya.
Selain itu, saat ini pihaknya juga tengah mengupayakan agar pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 2 yang merupakan ekspansi dari Proyek SGAR Fase 1, berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat dapat segera dimulai.
Dengan demikian, produksi alumina domestik dapat meningkat hingga mencapai 2 juta ton per tahun dengan beroperasinya fase 2 pada 2028. Adapun, masing-masing proyek SGAR fase 1 dan 2 memiliki kapasitas produksi alumina 1 juta ton per tahun.
(pgr/pgr)[Gambas:Video CNBC]