Internasional

Diam-Diam AS Mau Belah Gaza Jadi Dua

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
17 November 2025 12:00
Warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara akibat operasi militer Israel, bergerak ke selatan setelah pasukan Israel memerintahkan penduduk Kota Gaza untuk mengungsi ke selatan, di Jalur Gaza tengah, 16 September 2025. REUTERS/Mahmoud Issa
Foto: Jalur Gaza (REUTERS/Mahmoud Issa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dokumen perencanaan militer Amerika Serikat (AS) mengungkapkan rencana jangka panjang untuk membagi Jalur Gaza menjadi dua wilayah terpisah, yakni "Zona Hijau" (Green Zone) dan "Zona Merah" (Red Zone), setelah gencatan senjata. Pembagian ini menjadi pendekatan AS untuk keamanan dan rekonstruksi Gaza, demikian dilaporkan oleh The Guardian pada Jumat, berdasarkan dokumen perencanaan militer yang terekspos.

Menurut dokumen tersebut, Zona Hijau akan ditempatkan di bawah kendali militer Israel dan pasukan internasional. Nantinya, wilayah inilah yang akan menjadi fokus dimulainya rekonstruksi.

Sebaliknya, Zona Merah adalah area padat penduduk di sepanjang pantai, tempat hampir seluruh dari dua juta warga Palestina mengungsi, yang akan dibiarkan hancur tanpa adanya rencana pembangunan kembali. Pemisahan ini akan dibelah oleh "garis kuning" yang dikendalikan oleh pasukan Israel di timur Gaza.

Rencana pembagian ini menimbulkan keraguan serius terhadap komitmen Washington untuk mencapai penyelesaian politik yang langgeng, yang mencakup pemerintahan Palestina di seluruh Gaza. Seorang pejabat AS yang mengetahui rencana tersebut, berbicara dengan syarat anonim, mengakui adanya tantangan besar dalam menyatukan kembali wilayah tersebut di masa depan.

"Idealnya Anda pasti ingin menyatukan semuanya, bukan? Tapi itu ambisius. Ini akan memakan waktu. Itu tidak akan mudah," ujar pejabat AS tersebut.

Selain itu, dokumen tersebut mengindikasikan bahwa AS tidak berniat mengirimkan tentara AS atau mendanai proyek rekonstruksi besar-besaran. Rencana AS juga melihat rekonstruksi di Zona Hijau sebagai cara untuk "membujuk" warga sipil Palestina yang mengungsi agar pindah dari wilayah hancur (Zona Merah) ke area yang dikontrol oleh Israel, yang dinilai sebagai bagian dari upaya transisi menuju pemerintahan sipil.

"Penyatuan kembali Gaza merupakan bagian dari proses menuju stabilisasi dan perdamaian abadi serta transisi ke pemerintahan sipil," kata pejabat AS tersebut, tetapi seraya menambahkan bahwa mustahil untuk menentukan tanggal pasti kapan hal itu akan terjadi.

Dalam aspek keamanan, rencana AS ini mencakup pembentukan Pasukan Stabilisasi Internasional (International Stabilization Force/ISF) yang akan ditempatkan bersama tentara Israel di Zona Hijau. Mereka mencakup hingga 1.500 tentara infanteri dari Inggris, dengan keahlian termasuk penjinak bom dan petugas medis militer, dan hingga 1.000 tentara Prancis untuk menjaga pembersihan jalan dan keamanan.

AS juga menginginkan pasukan dari Jerman, Belanda, dan negara-negara Nordik untuk menangani rumah sakit lapangan, logistik, dan intelijen. Namun, sejumlah negara Eropa dan Arab dilaporkan enggan berpartisipasi karena risiko keamanan di mana salah satu sumber menggambarkan rencana tersebut sebagai "delusi".

Setelah misi panjang di Irak dan Afghanistan, sangat sedikit pemimpin Eropa yang bersedia mempertaruhkan nyawa tentara mereka di Gaza, meskipun mereka telah menjanjikan dukungan lain. Hanya Italia yang menawarkan potensi kontribusi pasukan.

"Ini sangat dinamis. Sangat cair," tambah pejabat AS itu. "Hanya sedikit orang yang benar-benar memahami dan memegang kendali atas hal ini."


(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kacau! Israel Bantai Warga Gaza di Tengah Negosiasi Gencatan Senjata

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular