Internasional

Kacau! Israel & AS Cabut dari Meja Perundingan Gencatan Senjata Gaza

luc, CNBC Indonesia
25 July 2025 06:02
Kendaraan militer Israel berdiri di dekat perbatasan Israel-Gaza, di Israel, 15 Mei 2025. (REUTERS/Amir Cohen)
Foto: Kendaraan militer Israel berdiri di dekat perbatasan Israel-Gaza, di Israel, 15 Mei 2025. (REUTERS/Amir Cohen)

Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya internasional untuk menghentikan perang yang telah berlangsung hampir dua tahun di Gaza kembali menemui jalan buntu. Pada Kamis (24/7/2025) waktu setempat, Israel dan Amerika Serikat menarik delegasi mereka dari meja perundingan gencatan senjata untuk melakukan konsultasi internal, memicu kekhawatiran bahwa harapan gencatan senjata dan pembebasan sandera akan makin jauh dari jangkauan.

Langkah ini diambil setelah utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menuduh kelompok Hamas tidak bertindak dengan itikad baik dalam proses negosiasi.

"Para mediator telah melakukan upaya besar, namun Hamas tampaknya tidak terkoordinasi atau bertindak dengan itikad baik," tulis Witkoff melalui platform X. "Kami sekarang akan mempertimbangkan opsi alternatif untuk membawa para sandera pulang dan menciptakan lingkungan yang lebih stabil bagi masyarakat Gaza."

Pernyataan Witkoff sontak mengejutkan Hamas. Dalam tanggapan resminya yang dirilis Jumat (25/7/2025) dini hari, kelompok tersebut mengatakan bahwa posisi mereka justru telah disambut baik oleh para mediator dan membuka jalan menuju kesepakatan komprehensif.

"Gerakan ini menegaskan komitmennya untuk melanjutkan negosiasi dan terlibat secara konstruktif demi mengatasi hambatan serta mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen," bunyi pernyataan Hamas, dilansir Reuters.

Seorang pejabat Israel yang mengetahui jalannya perundingan mengatakan bahwa respons terbaru Hamas atas proposal gencatan senjata "tidak memungkinkan adanya kemajuan tanpa adanya konsesi" dari kelompok itu. Meski demikian, Israel disebut tetap berniat melanjutkan pembicaraan.

Kedua pihak berada dalam tekanan domestik dan internasional yang tinggi untuk segera mencapai kesepakatan. Di Israel, keluarga para sandera mendesak pemerintah agar tidak menyia-nyiakan peluang diplomatik.

Sementara di Gaza, krisis kemanusiaan terus memburuk-diperparah oleh kelangkaan makanan yang telah menewaskan puluhan orang akibat kelaparan dalam beberapa minggu terakhir.

Forum Keluarga Sandera, kelompok yang mewakili keluarga warga Israel yang ditahan di Gaza, menyatakan keprihatinan mendalam atas penarikan tim negosiator Israel.

"Setiap hari yang berlalu mengurangi peluang pemulihan para sandera dan meningkatkan risiko kehilangan kemampuan untuk melacak yang gugur atau memperoleh intelijen penting tentang mereka," kata forum tersebut dalam pernyataan resmi.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan dua kematian baru akibat kekurangan gizi. Kepala Rumah Sakit Shifa di Gaza City mengatakan korban merupakan pasien dengan penyakit lain yang meninggal setelah tidak makan selama beberapa hari.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pun menyuarakan kecaman atas krisis kemanusiaan yang terjadi. Ia menyebut penderitaan dan kelaparan di Gaza sebagai "bencana kemanusiaan yang tak terkatakan dan tidak dapat dibenarkan", serta menyerukan agar Israel segera membuka akses bantuan kemanusiaan.

"Sementara situasinya telah buruk sejak lama, kini telah mencapai titik nadir dan terus memburuk. Kita menyaksikan sebuah bencana kemanusiaan," ujarnya dalam pernyataan.

Starmer akan menggelar panggilan darurat dengan mitra Prancis dan Jerman pada Jumat untuk membahas langkah yang bisa diambil untuk "menghentikan pembunuhan dan memberi rakyat makanan yang sangat mereka butuhkan."

Adapun sebelum keputusan penarikan delegasi, sempat muncul harapan tipis mengenai kemajuan negosiasi. Seorang pejabat senior Hamas kepada Reuters menyebut masih ada peluang untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, meski memerlukan waktu beberapa hari lagi akibat apa yang ia sebut sebagai "penundaan dari pihak Israel".

Sumber lain dari Israel mengatakan bahwa naskah proposal terbaru merupakan sesuatu yang "masih bisa dikerjakan" oleh pemerintahnya. Namun, laporan Channel 12 Israel menyebut kesepakatan cepat masih jauh dari kenyataan, dengan beberapa perbedaan krusial yang belum terjembatani, termasuk lokasi penarikan pasukan Israel selama masa jeda konflik.

Kementerian Pertahanan Hamas mengatakan bahwa pasukan Israel tetap melakukan serangan udara dan tidak menunjukkan niat menghentikan agresi. Sementara itu, Witkoff belum menjelaskan secara rinci permintaan atau tuntutan Hamas yang membuat delegasi AS menarik diri dari perundingan.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Diam-Diam Temui Hamas, Trump Berikan Peringatan Terakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular