Panas! Kapal Mata-Mata Rusia Terciduk Wara-wiri di Depan "Gerbang" AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah kapal militer Rusia kembali memicu kewaspadaan Amerika Serikat setelah Penjaga Pantai AS pada Kamis (13/11/2025) waktu setempat mengonfirmasi telah memantau keberadaan kapal tersebut yang beroperasi sekitar 15 mil laut di selatan Oahu, Hawaii, pada 29 Oktober.
"Bekerja bersama mitra dan sekutu, kru kami memantau dan merespons aktivitas kapal militer asing di dekat perairan teritorial kami untuk melindungi perbatasan maritim dan mempertahankan kepentingan kedaulatan kami," kata pernyataan resmi penjaga pantai, dilansir Newsweek.
Penjaga Pantai AS menjelaskan bahwa pesawat HC-130 Hercules dan kapal patroli William Hart telah melakukan pengintaian udara dan pelayaran dekat terhadap kapal tersebut, yang diidentifikasi sebagai Kareliya, kapal intelijen Rusia kelas Vishnya.
Pemantauan dilakukan sesuai hukum internasional untuk memastikan keamanan maritim dan mendukung upaya pertahanan dalam negeri AS.
Secara hukum, kapal militer asing diizinkan beroperasi di luar batas wilayah teritorial 12 mil laut sebuah negara. Namun, pejabat Penjaga Pantai menegaskan bahwa mereka secara rutin mengawasi aktivitas tersebut demi melindungi kepentingan AS di kawasan Pasifik.
"Bertindak sesuai hukum internasional, personel Penjaga Pantai memantau aktivitas kapal Rusia di dekat perairan teritorial AS untuk menyediakan keamanan maritim bagi kapal-kapal AS yang beroperasi di kawasan tersebut dan untuk mendukung upaya pertahanan dalam negeri AS."
Kemunculan kapal intelijen Rusia terjadi di tengah hubungan yang memburuk antara Washington dan Moskow. Kedua negara gagal mencapai terobosan terkait perang Rusia-Ukraina, sebuah janji kampanye besar Presiden AS Donald Trump yang sebelumnya mengatakan perdamaian akan tercapai segera setelah ia kembali menjabat.
Trump kemudian mengakui prosesnya jauh lebih sulit dan kompleks daripada perkiraannya.
Situasi makin memanas ketika Trump mengumumkan niatnya memulai kembali pengujian senjata nuklir AS. Ia mengatakan telah menginstruksikan Pentagon untuk melanjutkan uji coba nuklir, sementara Menteri Luar Negeri Marco Rubio menjelaskan kepada wartawan bahwa komitmen itu sejalan dengan langkah "negara-negara lain di seluruh dunia."
Ketegangan juga muncul di Eropa, di mana beberapa pemimpin menuduh Rusia melanggar kedaulatan mereka dengan meluncurkan drone dan balon ke wilayah udara negara-negara anggota NATO. Insiden tersebut bahkan mendorong sejumlah negara memicu Pasal 4 NATO, yang mewajibkan negara anggota berkonsultasi ketika merasa terancam oleh tindakan provokatif.
(luc/luc)