Pemerintah Bakal Terapkan Etanol E10, Ini Respons Bos Pertamina
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah tengah menyiapkan peta jalan (road map) menuju penerapan program mandatori bahan bakar campuran bioetanol 10% atau E10 sebagai bagian dari strategi mengurangi ketergantungan terhadap impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini juga sejalan dengan upaya pengembangan energi bersih di Tanah Air.
Lantas, bagaimana respons PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha penyedia BBMÂ nasional terhadap rencana kebijakan pemerintah tersebut?
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung penuh kebijakan yang akan diterapkan pemerintah. Salah satunya, dengan menyiapkan seluruh aspek teknis dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk implementasi E10.
"Keputusan pemerintah kita bersama-sama dengan seluruh stakeholders dan yang terpenting adalah penyiapan infrastruktur, begitu juga dari kita, sisi teknologi kita dorong, begitu juga untuk industri dari otomotif tentunya akan menyesuaikan," ungkap Simon saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Di sisi lain, Simon menilai kebijakan ini juga perlu dikaji secara komprehensif karena menyangkut kepentingan masyarakat luas. Namun demikian, pihaknya melihat bahwa penerapan E10 juga mempunyai manfaat yang besar.
"Jadi, sambil berjalan lah, semua kan kebijakan ini yang menyangkut masyarakat banyak, tentunya harus sama-sama kita kaji dan tentunya kita dorong Karena manfaatnya akan sangat baik bagi masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa program mandatori bioetanol ini bisa mendongkrak sumber bahan baku dari dalam negeri, namun tidak menimbulkan isu pangan.
"Semua dipakai adalah ampasnya," kata Eniya dalam program Prabowonomics CNBC Indonesia, dikutip Senin (3/11/2025).
Menurut dia, bahan baku bioetanol bisa berasal dari berbagai komoditas seperti tebu, jagung, sorgum, dan ketela. Namun demikian, yang digunakan bukan bahan utamanya, melainkan ampasnya saja.
"Karena yang tebu dipakai ampasnya molasses ini. Ini yang sekarang dipakai oleh Pertamina. Lalu sorgum juga tadinya pakan ternak gitu ya. Lalu ketela, ketela pahit. Nanti kalau satu lagi yang jagung ya. Jagung itu bonggolnya gitu, bonggolnya. Jadi semua adalah sisa dan ini potensinya itu di berbagai daerah. Sehingga desentralisasi ada," ujarnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Dia Produk BBM RI yang Dicampur Etanol 5%