 
					
					
						BBM RI Mau Dicampur Etanol 10%, Dewan Energi Nasional Sarankan Hal Ini
 
                Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Energi Nasional (DEN) mengingatkan pentingnya menggandeng sektor manufaktur dalam rencana kebijakan mandatori nasional pencampuran etanol pada Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin sebesar 10% (E10).
Anggota DEN 2020-2025 Satya Widya Yudha mengingatkan pentingnya keterlibatan para manufaktur kendaraan, seperti anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), agar program ini bisa berjalan optimal.
"Yang paling utama sebenarnya, tadi waktu saya mengatakan ke Bu Eniya (Dirjen EBTKE), memang kita harus mengajak manufaktur. Manufaktur seperti Gaikindo, karena mereka lah sebagai importir daripada kendaraan," katanya dalam program Prabowonomics CNBC Indonesia, Jumat (31/10/2025).
"Kita berharap Pemerintah Jepang, pemerintah-pemerintah negara yang sekarang ini kita memakai mobilnya, produksi mobilnya, itu mereka juga mempunyai kesadaran dan pemikiran yang sama. Jadi ikut juga supaya nanti engine yang didesain untuk mobil-mobil yang disini sudah built-in," imbuhnya.
Keterlibatan manufaktur dinilai penting agar kendaraan yang digunakan masyarakat sudah dirancang untuk kompatibel dengan campuran etanol, sehingga tidak perlu ada konversi tambahan yang bisa menurunkan performa. Dengan begitu, penggunaan biofuel bisa lebih mudah diterima tanpa mempengaruhi kenyamanan pengendara.
"Kan seperti tadi saya sampaikan di depannya bahwa kita itu climate change believer. Kita orang yang percaya pada perubahan iklim, sehingga sesuatu yang bersih dalam hal ini seperti energi bersih itu menjadi tujuan kita," ujarnya.
Rencana peningkatan campuran etanol hingga 10% tersebut juga dinilai penting untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor BBM. Dengan memanfaatkan bahan baku lokal, seperti jagung, tebu, singkong atau tanaman lain, produksi tanaman tersebut diharapkan juga bisa meningkat, sehingga bisa berkontribusi untuk mencapai kemandirian energi nasional.
"Dengan adanya bagaimana kita bisa menggunakan agriculture sebagai base, sebagai feedstock, produksi kita sendiri. Itu yang sebetulnya dimaksud dengan Bapak Presiden pada waktu mengatakan tentang Asta Cita," tambahnya.
Meski begitu, terdapat tantangan yang masih harus diatasi, seperti ketersediaan infrastruktur dan lahan untuk bahan baku etanol. Namun, pihaknya optimistis dengan koordinasi antarkementerian dan industri, program tersebut bisa terintegrasi dan mendukung target net zero emissions Indonesia pada 2060.
"Kalau masyarakat nanti menyadari bahwa mereka akan menggunakan aktivitas yang bisa mengurangi emisi karbon, saya pikir akan menjadi hal yang baik," tandasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo Setuju, Tiap 1 Liter BBM Akan Ada Campuran 10% Etanol (E10)
 
					 
					