Internasional

Trump Warning Bumi soal Nuklir AS, Bisa Ledakan Dunia 150 Kali

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
04 November 2025 20:00
Presiden AS Donald Trump menghadiri upacara peringatan untuk komentator konservatif yang terbunuh Charlie Kirk di Stadion State Farm di Glendale, Arizona, AS, 21 September 2025. (REUTERS/Brian Snyder)
Foto: Presiden AS Donald Trump (REUTERS/Brian Snyder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan ancamannya soal pengujian senjata nuklir yang dilakukan Paman Sam. Ia pun mengklaim bahwa gudang senjata nuklir AS memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, mampu "meledakkan dunia 150 kali."

"Kami punya senjata nuklir lebih banyak daripada negara lain. Dan saya pikir kita harus melakukan sesuatu tentang denuklirisasi," kata Trump dalam sebuah wawancara CBS yang disiarkan pada hari Minggu, dikutip Selasa (4/11/2025).

"Kami punya cukup senjata nuklir untuk meledakkan dunia 150 kali. Rusia punya banyak, dan China akan punya banyak."

Ketika ditanya mengapa AS perlu menguji senjata nuklirnya saat ini Trump menjawab "karena Anda harus melihat bagaimana cara kerjanya". AS sendiri telah melakukan moratorium nuklir selama lebih dari tiga dekade, sebagaimana diamanatkan Kongres.

"Saya katakan bahwa kita akan menguji senjata nuklir seperti yang dilakukan negara lain. Kita adalah satu-satunya negara yang tidak menguji, dan saya tidak ingin menjadi satu-satunya negara yang tidak menguji," tambahnya, mengisyaratkan bahwa Rusia dan China diam-diam melakukan pengujian meski tanpa bukti.

Uji coba nuklir berskala penuh terakhir AS dilakukan pada tahun 1992. Sementara itu, uji coba nuklir berskala penuh terakhir yang dikonfirmasi oleh Rusia terjadi pada tahun 1990 dan China pada tahun 1996.

Rencana Trump untuk melanjutkan pengujian ini didukung oleh Wakil Presiden AS J.D. Vance dan beberapa anggota parlemen Republik lainnya. Mereka berpendapat bahwa pengujian non-detonasi diperlukan untuk memastikan keandalan gudang senjata nuklir AS yang sudah menua.

Sementara itu, Menteri Energi AS Chris Wright mengklarifikasi bahwa pengujian yang diperintahkan Trump tidak akan melibatkan ledakan nuklir yang sesungguhnya.

"Ini adalah apa yang kami sebut pengujian non-kritis (non-critical tests)," ujar Wright kepada Fox News, menggambarkannya sebagai bagian dari program modernisasi yang lebih luas.

"Tidak perlu khawatir tentang (awan jamur nuklir)," tambahnya, merujuk pada potensi pengujian atmosfer atau bawah tanah.

Pengujian non-detonasi adalah pengujian yang melibatkan semua bagian senjata nuklir untuk memastikan mereka berfungsi dengan benar. Namun, uji ini tidak ditujukan untuk memicu reaksi nuklir yang sesungguhnya.

Walau begitu, langkah AS ini memicu reaksi dari negara-negara nuklir lainnya. China melalui Kementerian Luar Negerinya mendesak AS untuk menghormati kewajibannya di bawah Traktat Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) dan mempertahankan moratorium global pada pengujian nuklir.

Di sisi yang lain, Rusia telah menegaskan melalui juru bicara Kremlin Dmitry Peskov bahwa uji coba rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik dan drone bawah laut Poseidon yang baru-baru ini dilakukan tidak melibatkan pengujian nuklir. Presiden Vladimir Putin menyatakan Rusia hanya akan "bertindak sewajarnya" jika kekuatan nuklir lain melanjutkan pengujian.


(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Donald Trump Ancam Bombardir Moskow dan Beijing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular