Fenomena Baru Pengusaha di AS: Numpuk Barang dari RI Efek Tarif Trump

Martyasari Rizky,  CNBC Indonesia
04 November 2025 14:40
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat CEO Insight Kompas 2025 di Jakarta, Selasa (4/11/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat CEO Insight Kompas 2025 di Jakarta, Selasa (4/11/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut Amerika Serikat kini menggeser posisi India sebagai pasar tujuan ekspor Indonesia dengan surplus terbesar. Selama ini, kata dia, surplus RI terbesar disumbang oleh India. Pergeseran ini terjadi di tengah situasi perang tarif global yang justru membuka peluang baru bagi produk Indonesia.

"Sekarang kita lihat perkembangan ekspor kita. Kita sekarang justru surplus terbesar kita ke Amerika. Amerika itu biasanya nggak pernah ke nomor 1, dia pasti selalu yang nomor 2, nomor 3, pasti di bawah India. Tapi sekarang nomor 1, kemudian disusul India, Filipina, Malaysia, Belanda. Ini ekspor terbesar kita," kata Budi di Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Menurut Budi, lonjakan ekspor ke Amerika ini terjadi karena dampak dari perang tarif yang membuat importir Amerika berlomba menimbun barang dari Indonesia sebelum kebijakan tarif baru diberlakukan.

"Kenapa Amerika? Karena sekarang ketika kita masih menghadapi perang tarif, kita kan belum dikenakan yang 19%. Jadi masih kena 10% resiprokal," jelasnya.

"Nah ini importir Amerika itu menumpuk barang, jadi dia berlomba untuk menumpuk barang, supaya barangnya itu nanti sudah ada stok di sana, dan dia ketika implementasi resiprokalnya berjalan, dia akan dapat untung," sambung dia.

Namun, Budi menegaskan fenomena ini belum tentu bertahan lama setelah kebijakan tarif penuh diberlakukan.

"Nah tetapi apakah kemudian ketika implementasi dijalankan tetap akan seperti itu? Semestinya begitu ya," ucap dia.

Kinerja ekspor Indonesia sendiri, lanjut Budi, menunjukkan tren positif di tengah situasi global yang tidak menentu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nasional meningkat 8,14% dibanding tahun lalu, dengan total mencapai US$209 miliar. Sementara surplus perdagangan melonjak 50,94%, dari US$22,16 miliar pada Januari-September tahun lalu menjadi US$33,48 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Ia menilai, capaian ini menjadi bukti ketahanan ekonomi nasional sekaligus momentum bagi Indonesia untuk terus memperkuat posisi dagangnya di pasar global, terutama di tengah dinamika geopolitik yang memicu perubahan arus perdagangan dunia.

"Di situasi yang seperti ini ternyata kita bisa menunjukkan kinerja yang bagus. Namun tentu ini bukan berarti pekerjaan kita selesai, karena PR kita masih besar," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Ngamuk! Ancam Tambah Tarif untuk Sekutu AS di Asia, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular