Setahun Pemerintahan Prabowo, Ini Sederet Pencapaian Sektor Energi

Teti Purwanti,  CNBC Indonesia
03 November 2025 20:13
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi memberikan pemaparan dalam program Prabowonomics “One Year of Prabowo’s Presidency”di Studio CNBC Indonesia, Jakarta, Jumat, 31/10/2025. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi memberikan pemaparan dalam program Prabowonomics “One Year of Prabowo’s Presidency”di Studio CNBC Indonesia, Jakarta, Jumat, 31/10/2025. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan Menteri ESDM sangat agresif untuk menerjemahkan harapan Presiden Prabowo dalam visi-misinya. Oleh karena itu, Kementerian ESDM mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2025 tentang Peta Jalan Transisi Energi Sektor Ketenagalistrikan untuk mendorong percepatan transisi energi bersih.

"Oleh karena itu yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh potensi sumber daya alam demi menjawab tantangan transisi energi. Pemanfaatan sumber daya alam dari bioenergi, lalu pemanfaatan panas bumi, kita punya sumber daya air, kita punya intensitas cahaya yang tinggi sehingga pembangkit listrik dan tenaga surya juga menjadi atensi yang besar. Dari situ kita mentransisikan jadi dari penggunaan fosil lalu menuju low carbon dan menuju free carbon, jadi penggunaannya tidak menggunakan carbon nantinya," ungkap Eniya dalam program Prabowonomics CNBC Indonesia, dikutip Senin (3/11/2025).

Eniya menambahkan semua proses tersebut diterjemahkan RUPTL menjadi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional selama 10 tahun. Jadi diketahui bahwa hingga 2034, Indonesia sudah memasukkan 70% energi baru terbarukan (EBT) dengan tambahan 69,5 GW atau sebesar 42,6 GW berasal dari EBT dan masih ditambah dengan storage serta baterai sebesar 10,3 GW. Eniya juga menyebut akan ada sumber energi baru, yaitu potensi arus laut dengan target 40 MW dalam 10 tahun mendatang.

"Kita juga memasukkan nuklir menjadi salah satu bukti bahwa energi bersih ini memang direncanakan secara masif, jadi target kita 500 megawatt di tahun 2032 itu on grid nuklir sudah dimasukkan ke dalam perencanaan. Nah ini satu pijakan yang sangat agresif yang selama ini tidak pernah ada, jadi dalam satu tahun ini pun capaian nanti investasi ya, dalam satu tahun investasi kita akan bisa mencapai US$ 1,5 miliar untuk khusus EBT," rinci Eniya.

Menurutnya, dengan target-target tersebut makan penambahan EBT mencapai 1 GW dalam setahun yang juga menjadi sejarah tertinggi. Dari sisi mendorong transportasi dengan energi bersih, apalagi di Indonesia, kebijakan ini dilakukan sejak awal 2025.

Eniya mengatakan penerapan B40 menjadi salah satu capaian pemerintah di sektor energi bersih tahun ini. Menurutnya, kebijakan tersebut bukan hanya berhasil meningkatkan ketahanan energi, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang luas.

"Biodiesel ini kita kan sudah tertinggi di dunia ini 40%. Ini tidak ada contohnya di dunia. Kalau kita mengacu ke semua negara tidak ada contohnya," kata Eniya.

 

Penerapan B40 tidak hanya menekan impor bahan bakar fosil, tetapi juga membuka banyak lapangan kerja di sektor hulu maupun industri pengolahan.

"Saat ini sudah hampir 1,5 juta pekerja di dalam on-farm juga sudah bergerak. Lalu pertumbuhan industri yang menghasilkan FAME atau biodiesel itu sudah tumbuh masif. Sekarang ada 24 badan usaha," ujarnya.

Selain mendorong aktivitas ekonomi, penerapan B40 juga berkontribusi pada penurunan emisi karbon dan penghematan devisa negara.

"Saat ini kalau saya bicara emisi sampai dengan 2025 ini dari sektor biodiesel itu bisa menurunkan 27,18 juta ton CO2. Dan dari situ penambahan nilai dari CPO itu sendiri ada sekitar Rp 14,26 triliun," jelasnya.

Menurut catatannya, sepanjang 2025 penghematan devisa dari kebijakan biodiesel diperkirakan mencapai Rp 147 triliun. Hal itu juga membuat program B40 semakin strategis dalam mendukung ketahanan energi nasional dan memperkuat ekonomi berbasis sumber daya domestik.

Meski begitu, Eniya juga menyadari bahwa implementasi energi bersih di Indonesia dihadapkan oleh dua kendala utama, khususnya untuk mencapai target bauran energi nasional. Kendala yang dimaksud berasal dari sektor ketenagalistrikan dan non ketenagalistrikan alias bahan bakar.

"Dari sisi ketenagalistrikan ketimpangan kita selama ini adalah kita tidak bisa mengevakuasi energi baru yang umumnya di daerah-daerah terpencil. Kalau panas bumi di gunung, kalau pembangkit listrik tenaga surya itu juga membutuhkan lahan," ujar dia.

Dia melanjutkan, untuk melakukan evakuasi sumber energi yang berada di daerah terpencil, maka diperlukan pembangunan jaringan transmisi. Mengingat, transmisi dan distribusi ini tidak dilakukan dalam beberapa waktu terakhir karena infrastrukturnya belum optimal atau bisa disebut lack.

"Ini di RUPTL yang baru sudah kita masukkan dan agresif untuk investasi transmisi," kata dia.

Di samping itu, dia menjelaskan, kendala kedua berasal dari bioenergi. Pasalnya, Indonesia merupakan pengguna biodiesel tertinggi di dunia dengan komposisi mencapai 40%. Kebijakan pemanfaatan bioenergi di Indonesia pun lebih cepat dari roadmap awal. Namun, di sisi lain, hal itu menuntut pelibatan lebih banyak petani hingga pelaku usaha di sektor tersebut.

"Tadinya 35% roadmapnya harus 2-3 tahun tetapi diakselerasi begitu. Di situ sumber daya alam kita ini mulai digali sehingga melibatkan banyak petani ya. Kita inginkannya seperti itu," tandas dia.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Dari Limbah Jadi Energi, Peluang Baru Investasi Hijau RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular