INTERNASIONAL

Perang Baru Trump Menggila, 15 Kapal Ditembak-67 Tewas

tfa,  CNBC Indonesia
03 November 2025 17:00
Sebuah perahu mengapung di lepas pantai Venezuela dalam tangkapan layar yang diambil dari video yang dirilis pada tanggal 14 Oktober 2025, sebelum apa yang dikatakan oleh Presiden AS Donald Trump dalam sebuah posting di Truth Social sebagai serangan AS terhadap sebuah kapal yang diduga sebagai kapal penyelundup narkoba. (Donald Trump via Truth Social/via REUTERS)
Foto: Ilustrasi (via REUTERS/DONALD TRUMP VIA TRUTH SOCIAL)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin menjadi. Paman Sam kembali melancarkan serangan mematikan terhadap kapal yang diduga menyelundupkan narkoba di wilayah Karibia.

Aksi ini menewaskan tiga orang dan menambah daftar panjang operasi militer AS yang menuai kecaman luas dari komunitas internasional. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengonfirmasi bahwa pasukan AS menyerang sebuah kapal di perairan internasional pada Sabtu, menyebut kapal itu sedang berlayar di "rute perdagangan narkotika yang diketahui" AS.

"Para teroris narkotika ini membawa narkoba ke pantai kita untuk meracuni warga Amerika di dalam negeri, dan mereka tidak akan berhasil," kata Hegseth dalam pernyataan resminya, seperti dikutip Newsweek, Senin (3/11/2025).

Ia menambahkan bahwa kapal tersebut dioperasikan oleh "organisasi teroris". Namun sayangnya nama organisasi tidak diungkapkan.

Menurut data pemerintah AS, setidaknya 64 orang telah tewas dalam 15 serangan terhadap 16 kapal di Karibia selatan dan Pasifik timur sejak awal September. Dengan serangan terbaru ini berarti total 67 tewas dengan 16 serangan ke 17 kapal.

Trump menggambarkan operasi ini sebagai bagian dari "tindakan keras tanpa kompromi" terhadap penyelundupan narkoba ke AS. Namun, kampanye militer ini dikritik keras oleh Partai Demokrat, sebagian anggota Partai Republik, serta pakar hukum internasional.

Mereka menilai operasi tersebut melanggar hukum internasional. Karena dilakukan di perairan internasional tanpa mandat PBB.

Pemerintah AS mengklaim operasi itu sah secara hukum, tetapi hanya memberikan sedikit bukti publik mengenai target serangan. The Guardian melaporkan bahwa CIA menjadi penyedia utama intelijen di balik operasi ini, sementara bukti terhadap para tersangka kemungkinan akan tetap dirahasiakan.

Trump juga telah mengkonfirmasi bahwa ia memberi wewenang kepada CIA untuk melakukan operasi rahasia di Venezuela, dan membuka kemungkinan tindakan darat terhadap negara tersebut. Langkah ini memperkuat dugaan bahwa peningkatan kehadiran militer AS di kawasan Karibia bukan semata-mata demi perang melawan narkoba, melainkan upaya menekan pemerintahan Nicolás Maduro.

"Departemen akan memperlakukan mereka persis seperti kami memperlakukan Al-Qaeda. Kami akan terus melacak, memetakan, memburu, dan membunuh mereka," tegas Hegseth.

Sementara itu, sejumlah senator Demokrat menuntut pengarahan darurat kepada Senat mengenai dasar hukum dan daftar kelompok yang menjadi target operasi militer tersebut.

"Hingga saat ini, pemerintah gagal memberikan informasi dasar kepada Senat untuk menjalankan fungsi pengawasan," tulis para senator dalam surat resmi kepada Hegseth, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Harvard, Pemerintah Trump Ancam Columbia University! Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular