 
					
					
						Bamsoet Tiba-tiba Unggah Soal Purbaya, Sampaikan Kejujuran Ini
 
                Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Komisi III DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila, Bambang Soesatyo mengunggah tulisan mengenai Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di akun media sosialnya, Instagram, @bambang.soesatyo.
Bambang mengemukakan kekagumannya dengan sosok Purbaya. Dia pun menceritakan kalimat Purbaya yang membuka cakrawala publik.
Dalam satu acara, Purbaya mengatakan: "Negeri ini selama sepuluh tahun menambah utang lebih dari tujuh ribu triliun, dikorupsi tiga ribu triliun, dan anehnya... kok tidak bisa bayar cicilan bunga tiga ratus triliun."
Bambang menilai kalimat Purbaya tersebut meluncur tanpa diksi akademik dan tidak dibungkus eufemisme teknokratik, tetapi mampu membuka ruang diskusi.
"Hanya kalimat lugas, tapi cukup untuk membuka ruang kuliah ekonomi terbesar di republik ini," tulisnya di laman Instagram.
Bambang yang akrab dipanggil Bamsoet pun menilai selama bertahun-tahun, ekonomi di Indonesia seolah hanya menjadi konsumsi masyarakat menegah atas. Pasalnya, kalimat-kalimat dalam ekonomi tidak pernah dapat dimengerti oleh masyarakat kecil. Termasuk, dia mencontohkan, apa manfaat 'surplus' perdagangan atau fiskal hingga ke dapur masyarakat.
"Selama bertahun-tahun, ekonomi di negeri ini adalah bahasa kasta atas. Kata "defisit" terdengar seperti ancaman kiamat. Kata "surplus" seolah kabar gembira, meski rakyat tak pernah tahu surplus itu mampir ke dapur siapa," katanya.
Kini ketika Purbaya hadir, batasan-batasan ini runtuh. Kalimat-kalimat seperti 'kebocoran' muncul dan ini membuka dialog di masyarakat.
"Kalimatnya (Purbaya) terasa seperti "kebocoran kebenaran" dari ruang steril kekuasaan. Ia bukan sedang membakar, tapi menyalakan. Bukan sedang menyerang, tapi menggugah," paparnya.
Alhasil, efek domino muncul di masyarakat. Bamsoet menilai masyarakat mulai menghitung. Bukan lagi sekadar mengeluh harga sembako, tapi menelusuri kenapa anggaran tak sampai ke mereka.
"Semua belajar, semua bicara. Freire menyebutnya conscientização - kesadaran kritis yang membuat rakyat tak lagi pasif, tapi partisipatif dan mampu membaca kekuasaan," katanya.
Menurut Bamsoet, Purbaya telah membuka kotak Pandora yang selama ini dibiarkan tertutup. Bamsoet menilai Purbaya mampu menggunakan kalimat-kalimat yang mudah dimengerti masyarakat dan tidak bisa disangkal.
"Ia menjelaskan dengan bahasa yang tak bisa disangkal: uang daerah yang parkir di deposito itu seperti mobil dinas yang diparkir di garasi tanpa kunci. Secara formal diam, tapi sebenarnya bisa dikendarai siapa saja. Pejabat dapat fee dari orang bank, uang rakyat tetap diam, ekonomi tidak berputar," ujarnya.
Bamsoet pun menceritakan paparan Purbaya soal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menggugahnya.
"Ekonomi, kata Purbaya, bukan hanya soal APBN. Ia adalah cermin moral bangsa. Bagi yg hatinya kotor, pembangunan hanyalah panggung dan angka kesejahteraan hanyalah statistik yang menipu," tulis Bamsoet.
"Disinilah bangsa ini diuji. Bukan apakah kita mampu menambah anggaran, tapi apakah kita berani menegakkan integritas di tengah sistem yang gemar berkelit."
"Negeri ini tidak kekurangan uang, kata Purbaya, yang kurang itu keberanian menjaga uang agar tetap terang," tutup Bamsoet dalam tulisannya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Daftar Kritik dan Saran Anggota DPR RI Buat Menkeu Baru
 
     
					 
					