Raksasa Migas Rusia Kena Sanksi AS, Begini Nasib Proyek Kilang Tuban
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan saksi yang menargetkan ekspor minyak di Rusia, untuk menghentikan perang di Ukraina. Saksi AS menyasar langsung ke jantung industri migas Rusia yakni Rosneft dan Lukoil.
Dari dua perusahaan ini menguasai hampir setengah dari total ekspor minyak Rusia, atau sekitar 2,2 juta barel per hari, yang kini masuk daftar Specially Designated Nationals (SDN).
Lantas apakah hal ini berpengaruh terhadap pembangunan Proyek GGR Tuban?
Rosneft merupakan salah satu pemegang saham di Proyek Strategis Nasional (PSN) Kilang GRR Tuban. Pasalnya sanksi ini ada risiko tertutupnya pendanaan dari perbankan internasional karena sanksi. Selain itu juga terdapat potensi sanksi sekunder dari Amerika Serikat jika Pertamina melanjutkan transaksi ini dengan mitra yang masuk daftar SDN.
Seperti diketahui, proyek Kilang Tuban ini merupakan proyek kerja sama antara PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft. Keduanya membentuk perusahaan patungan bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PTPRPP).
Kilang minyak Tuban ini direncanakan dibangun dengan kapasitas 300.000 barel per hari (bph). Proyek ini sudah dicanangkan sejak 10 tahun lalu, namun hingga kini belum juga terbangun.
Menjawab hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menjelaskan kerja sama Pertamina dengan Rosneft masih on progress. Meski ada beberapa rencana lainnya yang dibahas.
"Sekarang masih dalam tetap masih on progress, bahwa ada plan A dan Plan B, semuanya akan dalam pembahasan. Tetapi pemerintah bersama Pertamina akan fokus mengeksekusi ini," kata Bahlil di Istana Negara, Jumat (24/10/2025).
Namun menurut Bahlil, pemerintah akan fokus untuk mengeksekusi proyek ini , melihat kebutuhan kilang untuk produksi BBM yang besar. Dari datanya, hingga Juni 2025 impor bensin Indonesia mencapai 61,73% dari kebutuhan nasional, dimana konsumsi bensin 38,1 juta kiloliter, dan produksi 14,27 kiloliter.
Bahlil mengatakan bahwa dari peta jalan pemerintah, berencana membangun 18 kilang, yang sedang direview oleh Danantara.
"Namun di bulan November RDMP yang di Kalimantan itu akan diresmikan untuk beberapa produk termasuk solar," katanya.
(emy/wur)