
2 "Vitamin" Ini Bikin Industri Sawit RI Moncer Tahun Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha kelapa sawit mengungkapkan koperasi dan pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa menjadi vitamin untuk memajukan industri kelapa sawit di Indonesia. Hal ini karena kedua pelaku usaha tersebut dapat memaksimalkan pe penjualan produk turunan dari kelapa sawit. Bahkan, penjualan produk turunan kelapa sawit juga bisa di ekspor.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) sekaligus Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga mengatakan kedepan, sektor sawit Indonesia juga akan bergantung kepada koperasi dan UMKM.
"Mulai 2026, titik kemajuan sawit ada di UMKM dan koperasi. Bentuk koperasi modern yang berbasis teknologi, bukan seperti dulu," kata Sahat saat memberikan paparan di acara Workshop Jurnalis Promosi UKM Sawit, Kamis (23/10/2025).
Untuk mensukseskan hal tersebut, Ia juga meminta agar pengurus koperasi tidak berasal dari petani, karena akan menimbulkan konflik.
"Jangan sekali-sekali para petani menjadi pengelola di koperasi. Koperasi dikelola profesional, petani is petani. Kalau mereka mau jadi koperasi lepaskan kepetaniannya, karena agar gak terjadi conflict of interest," ujarnya.
![]() Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) |
Tak hanya itu saja, dengan adanya peranan koperasi dan UMKM, maka petani tidak berfokus pada panen Tandan Buah Segar (TBS), tetapi juga dapat menyerahkan produk turunan dari sawit tersebut, kemudian diolah dan dijual oleh koperasi dan UMKM.
"Petani jangan hanya memproduksi TBS sawit tetapi harus sampai kepada produk hilirnya. Kita harus mengubah petani dari objek menjadi subjek," terangnya.
Sebelumnya, Sahat mengklaim pendapatan sektor sawit RI di 2024 bisa mencapai US$ 61,7 miliar atau sekitar Rp 998 triliun. Bahkan hingga 5 tahun kedepan, dia memperkirakan potensi pendapatan sektor sawit Indonesia bisa mencapai US$ 124,7 miliar atau sekitar Rp 2.066 triliun. Tak hanya itu saja, produksi sawit nasional dapat meningkat hingga 98 juta ton pada 2029.
Saat ini, masyarakat hanya mengetahui beberapa produk turunan dari kelapa sawit seperti produk kosmetik, sabun mandi, sabun cuci piring, dan minyak goreng. Padahal, masih banyak produk turunan sawit yang dapat dijual oleh koperasi dan UMKM.
Adapun produk turunan sawit lainnya mulai dari lilin, tas, sendal, hand sanitizer, deterjen, aromaterapi, dan lain-lainnya.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Kriteria UMKM & Koperasi yang Boleh Kelola Sumur Minyak Masyarakat
