Pasokan Nikel Dunia Melimpah Gegara RI, ESDM Buka Suara
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara perihal kondisi pasar nikel global yang saat ini mengalami kelebihan pasokan. Kondisi tersebut terjadi salah satunya disebabkan oleh tingginya produksi nikel dari Indonesia.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengakui melimpahnya pasokan nikel di pasar global memang berdampak pada penurunan harga komoditas tersebut. Adapun, saat ini harga nikel berada di kisaran US$ 14.000-15.000 per ton, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
"Kenapa? Karena ini kita kan banyak smelter, terus kemudian smelter ini butuh input, sampai ada beberapa yang impor dari Filipina. Filipina itu mungkin sekitar antara 7-10 juta ton tahun kemarin," kata Tri dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Special Road to Hari Tambang dan Energi 2025, dikutip Rabu (22/10/2025).
Menurut Tri, banyak dari pihak smelter saat ini berbondong-bondong mencari pasokan nikel dan rela membelinya dengan harga yang lebih tinggi. Hal itu dilakukan karena jika industri mereka berhenti beroperasi, biaya perawatan atau maintenance yang harus ditanggung justru akan lebih besar.
Ia menyebut bagi pelaku industri, kondisi saat ini membuat mereka lebih memilih untuk tetap mengoperasikan smelter meskipun dengan keuntungan yang sangat tipis, daripada harus menghentikan produksi.
Karena itu, keseimbangan antara pasokan dan permintaan global perlu dijaga agar harga tetap stabil. Ia lantas menekankan bahwa tujuan pemerintah adalah dapat menjual nikel dengan harga tinggi.
"Jangan juga kita menjual dengan harga rendah tapi dengan volume yang besar. Karena apa? Karena ini pengelolaan sumber daya alam. Suatu saat sumber daya alam itu tidak akan terdapat di tempat yang lain dan adanya di situ, nah tidak terbarukan, ya sudah habis, terbatas," kata Tri.
(pgr/pgr)