Dunia Tegang-Perang di mana-mana, Menperin Pede Manufaktur RI Cerah

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Senin, 20/10/2025 16:03 WIB
Foto: Menperin Agus Gumiwang (depan tengah) saat konferensi pers 1 tahun Kinerja Industri Merah Putih di Kemenperin, Senin (20/10/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan sektor manufaktur bisa tumbuh hampir 6% pada akhir tahun 2025. Target ini dipatok di tengah kondisi global yang tidak menentu dan sejumlah tantangan yang terus membayangi sektor industri nasional.

Optimisme ini tak lepas dari tren kinerja industri yang masih mencatatkan angka positif. Dalam paparannya, sepanjang triwulan IV 2024 hingga triwulan II 2025, industri mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,94%, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 17,24%. Sektor ini juga menyerap sekitar 19,55 juta tenaga kerja per Februari 2025, dengan tingkat utilisasi produksi mencapai 62%.

"Kinerja industri yang positif tidak lepas dari kemampuan industri kita dalam menghadapi berbagai tantangan, bisa dari internal dan eksternal," ujar Agus dalam Konferensi Pers 1 Tahun Kinerja Industri Merah Putih di Kemenperin, Senin (20/10/2025)..


Ia menjelaskan, setahun terakhir dunia mengalami dinamika global yang cukup besar, terutama terkait gejolak geopolitik dan kebijakan perdagangan. Kondisi ini berdampak langsung terhadap rantai pasok dan efisiensi industri nasional.

"Kalau diikuti data ini hanya setahun terakhir, dinamika perdagangan dunia mengalami dinamika signifikan dipacu kebijakan tarif dan perdagangan antara AS dan China, ini berdampak ke rantai pasok global," ungkapnya.

Agus juga menyoroti konflik yang sempat memanas di Timur Tengah, mulai dari ketegangan antara Israel dan Iran, hingga konflik berkepanjangan Israel-Palestina yang memberi tekanan terhadap stabilitas kawasan.

"Lalu ketegangan Timur Tengah Israel-Iran, Alhamdulillah berakhir cukup cepat, nggak panjang, dan konflik Israel dan Palestina yang tambah ketegangan di Middle East yang akan memicu kenaikan harga energi dan logistik, dan ini membawa potensi meningkatnya biaya produksi yang berpengaruh ke daya saing produk industri dalam negeri," jelas Agus.

Meski demikian, Ia menargetkan bahwa pertumbuhan industri akhir tahun bisa lebih tinggi dari saat ini.

"Target pertumbuhan manufaktur sebesar 5,93% di tahun 2025," sebut Agus.

Kementerian Perindustrian saat ini terus mendorong penguatan struktur industri nasional agar lebih tangguh menghadapi tekanan global, termasuk melalui substitusi impor, peningkatan TKDN, dan insentif bagi sektor strategis. Pemerintah juga terus membuka ruang dialog dengan pelaku industri untuk menjaga kelangsungan usaha sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sidang Kabinet Paripurna, 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran