
Heboh Panic Buying Perak Melanda India, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar perak global tengah menghadapi krisis terburuk dalam 45 tahun terakhir setelah harga melonjak tajam hingga mencapai rekor tertinggi yang belum pernah terlihat sebelumnya. Bahkan, harga perak pada Jumat (17/10/2025) pekan lalu melambung menembus level US$ 54 per ounce (Rp 891.000), sebelum kemudian anjlok tiba-tiba hingga 6,7%.
Kenaikan harga dan kekacauan pasar yang tak terduga ini berakar pada India. Para trader dan analis sebagai biang keladinya.
Selama musim liburan Diwali, ratusan juta umat membeli perhiasan bernilai miliaran rupee untuk merayakan dewi Lakshmi. Meskipun emas biasanya mendominasi, tahun ini, banyak warga India beralih ke perak.
Pergeseran ini bukan tanpa alasan. Bintang media sosial India telah mempromosikan ide bahwa setelah kenaikan harga emas, perak akan menjadi aset berikutnya yang melonjak.
Dorongan ini dimulai pada April setelah seorang bankir investasi dan content creator, Sarthak Ahuja, memberi tahu hampir 3 juta pengikutnya bahwa rasio harga perak terhadap emas sebesar 100:1, menjadikannya pembelian yang jelas tahun ini. Akibatnya, permintaan melonjak.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Permintaan untuk perak kali ini sungguh besar sekali," kata Amit Mittal, manajer umum di M.D. Overseas Bullion, seorang dealer emas dan perak di New Delhi.
Kepanikan membeli di India dengan cepat menghabiskan stok. MMTC-Pamp India Pvt., penyulingan logam mulia terbesar di negara itu, kehabisan stok perak untuk pertama kalinya dalam sejarahnya.
Kekurangan pasokan ini memaksa harga premium perak di India naik tajam di atas harga global. Harga yang biasanya hanya beberapa sen per ons, menjadi di atas US$ 0,50 (Rp 8.250) kemudian di atas US$ 1 (Rp 16.500) per ons.
"Kebanyakan orang yang berdagang perak dan koin perak, mereka benar-benar kehabisan stok karena perak sudah tidak ada," ujar Raina, Kepala Perdagangan di MMTC-Pamp India Pvt.
"Jenis pasar gila seperti ini-di mana orang-orang membeli di level harga ini-belum pernah saya lihat dalam 27 tahun karir saya."
Dalam beberapa hari, hiruk pikuk di India menjalar ke pasar perak London, tempat harga global ditetapkan dan bank-bank terbesar dunia membeli dan menjual dalam jumlah besar. Para dealer bullion segera menemukan bahwa brankas logam mulia di kota itu sebagian besar sudah ludes.
Meskipun brankas London yang menopang pasar global menampung lebih dari US$ 36 miliar (Rp 594 triliun) perak, mayoritas kepemilikannya dipegang oleh investor dalam reksa dana yang diperdagangkan di bursa (exchange-traded funds atau ETF). Sejak awal 2025, investor ETF telah menyedot lebih dari 100 juta ons perak, menyisakan persediaan yang menipis untuk memenuhi lonjakan permintaan mendadak dari India.
Situasi ini diperburuk karena China, sumber pasokan utama, tutup selama liburan panjang seminggu penuh. Bahkan, sekitar dua minggu lalu, JPMorgan Chase & Co., trader logam mulia terbesar dan pemasok bullion penting untuk pasar India, memberi tahu salah satu kliennya bahwa mereka tidak memiliki lagi perak yang tersedia untuk dikirimkan ke India selama Oktober, dan pasokan tercepat baru dapat ditawarkan pada November.
Seorang manajer dana di Kotak Asset Management, Satish Dondapati, mengatakan saat ini pihaknya mencermati pasokan karena ETF logam mulia yang dia kelola memerlukan perak fisik untuk mendukung kepemilikan ketika investor baru membeli. Menurutnya, permintaan telah meledak ke level yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
"Para analis dan pedagang semuanya telah memberikan panggilan bullish terhadap perak di India dengan cara yang belum pernah terjadi daalam 14 tahun terakhir. Faktor FOMO (takut ketinggalan) berhasil," tuturnya
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Israel Panik Serangan Nuklir Iran! Warga Panic Buying-RS Pindah