Teknologi Jadi Kunci Harga Energi Terbarukan RI Bisa Lebih Murah

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Pasalnya, potensi EBT yang dimiliki Indonesia cukup melimpah.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menuturkan meski dianugerahi sumber EBT lebih dari 3.000 GW, realisasi pemanfaatan untuk EBT di Indonesia masih relatif kecil.
Adapun, kapasitas terpasang EBT saat ini baru mencapai 15,2 GW atau hanya 0,4% dari total potensi yang ada. Ia pun mengakui harga jual energi baru terbarukan saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan energi fosil.
Oleh sebab itu, Yuliot berharap seiring dengan perkembangan teknologi dan pergeseran pola pemanfaatan energi, biaya produksi energi baru terbarukan dapat semakin efisien sehingga lebih berdaya saing.
"Kita mengharapkan ke depan ini juga dengan pergeseran dan juga pemanfaatan teknologi yang saya sampaikan tadi, harapannya itu menjadi lebih berdaya saing ke depan energi baru terbarukan," ujar Yuliot dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Special Road to Hari Tambang dan Energi 2025, dikutip Kamis (9/10/2025).
Ia pun menjelaskan bahwa pengembangan pembangkit listrik akan disesuaikan dengan potensi masing-masing wilayah. Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang berasal dari energi baru terbarukan, harga jual listriknya dinilai jauh lebih murah.
Sementara itu, untuk tenaga surya pemerintah berharap kemajuan teknologi dapat meningkatkan koefisien kinerja sehingga produksi listriknya menjadi lebih tinggi.
"Jadi nanti kita tinggal memilih kombinasi teknologi, jadi sehingga harga jual listrik itu menjadi lebih ekonomis dan juga berdaya saing," katanya.
(ven)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article ESDM Blak-blakan Tantangan Pengembangan Energi Terbarukan di RI
