ROAD TO HARI TAMBANG & ENERGI

RI Punya Potensi Energi Terbarukan 3.687 GW, Baru Dipakai 0,4%!

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
09 October 2025 12:55
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM), Yuliot Tanjung di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (30/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM), Yuliot Tanjung di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (30/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang dimiliki Indonesia tercatat mencapai 3.687 Giga Watt (GW). Hal tersebut mencakup energi surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi, hingga laut.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan meski dianugerahi sumber EBT lebih dari 3.000 GW, realisasi pemanfaatan untuk EBT masih relatif kecil. Adapun, kapasitas terpasang EBT baru mencapai 15,2 GW atau hanya 0,4% dari total potensi yang ada.

"Ini kan cukup besar sekali, tetapi yang baru kita manfaatkan sekitar 15,2 Giga Watt atau 0,4%. Ini kan masih sangat besar ruang kita untuk mengembangkan energi baru terbarukan," kata Yuliot dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Special Road to Hari Tambang dan Energi 2025, dikutip Kamis (9/10/2025).

Ia lantas menjelaskan pengembangan pembangkit listrik akan disesuaikan dengan potensi masing-masing wilayah. Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang berasal dari energi baru terbarukan, harga jual listriknya dinilai jauh lebih murah.

Sementara itu, untuk tenaga surya pemerintah berharap kemajuan teknologi dapat meningkatkan koefisien kinerja sehingga produksi listriknya menjadi lebih tinggi.

"Jadi nanti kita tinggal memilih kombinasi teknologi, jadi sehingga harga jual listrik itu menjadi lebih ekonomis dan juga berdaya saing," katanya.

Yuliot pun mengakui harga jual energi baru terbarukan saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan energi fosil.

Oleh sebab itu, ia berharap seiring dengan perkembangan teknologi dan pergeseran pola pemanfaatan energi, biaya produksi energi baru terbarukan dapat semakin efisien, sehingga lebih berdaya saing.

"Kita mengharapkan ke depan ini juga dengan pergeseran dan juga pemanfaatan teknologi yang saya sampaikan tadi, harapannya itu menjadi lebih berdaya saing ke depan energi baru terbarukan," ujarnya.

Seperti diketahui, pemerintah telah merilis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. Berdasarkan rencana baru tersebut, total penambahan kapasitas pembangkit listrik baru RI sampai 2034 mencapai sebesar 69,5 Giga Watt (GW), terdiri dari 42,6 GW atau 61% berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT, dan 10,3 GW atau 15% dari sistem penyimpanan (storage), dan 16,6 GW akan berasal dari pembangkit berbasis energi fosil.

Adapun, dari seluruh jenis pembangkit EBT, sumber energi surya memiliki porsi yang cukup besar yakni 17,1 GW. Kemudian, disusul oleh Air sebesar 11,7 GW, Angin sebesar 7,2 GW, Panas bumi sebesar 5,2 GW, Bioenergi sebesar 0,9 GW, dan Nuklir sebesar 0,5 GW. Sementara itu, untuk kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW.

Kemudian, untuk pembangkit fosil masih akan dibangun sebesar 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW.



[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Bahlil Luncurkan Rencana Usaha Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular