Harga Emas Meledak, Tito Lapor Prabowo-Beri Komentar Begini
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyampaikan, lonjakan harga emas dunia menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya inflasi Indonesia pada September 2025. Kenaikan harga logam mulia tersebut bahkan ia laporkan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto.
"Kemarin saya bertemu Bapak Presiden, saya sampaikan '(inflasi) ini angka yang baik, masih dalam range target kita. Tapi kenapa terjadi kenaikan sedikit, itu karena kenaikan harga emas,'" ujar Tito dalam acara Peluncuran Dokumen Master Plan Produktivitas Nasional di kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Ia menjelaskan, harga emas global melonjak tajam akibat berbagai faktor eksternal, mulai dari ketegangan geopolitik, perang tarif antar negara, hingga kebijakan moneter Amerika Serikat, yang mana The Fed menurunkan suku bunganya.
"Kita tahu ada geopolitik, konflik, perang tarif antar negara, juga The Fed menurunkan suku bunganya, dan akibatnya kenaikan harga emas kurang lebih 40%, harga tertinggi," tuturnya.
Menurut Tito, tren kenaikan harga emas ini disebabkan juga karena banyak masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia, beralih ke investasi emas sebagai bentuk lindung nilai (safe haven). Akibatnya, permintaan dalam negeri juga ikut meningkat dan memberi tekanan pada inflasi.
"Itu akibat seluruh dunia masyarakatnya investasi ke emas, termasuk Indonesia," tukas dia.
Tito menyebut, faktor kenaikan harga emas inilah yang mendorong inflasi nasional naik dari 2,3% menjadi 2,65% secara tahunan pada September 2025.
"Kemarin saya sampaikan, pendorong inflasi dari 2,3% ke 2,65% itu salah satunya adalah karena pembelian emas," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 naik 0,21% (month-to-month/mtm), dengan inflasi tahunan mencapai 2,65% (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender sebesar 1,82% (year-to-date/ytd).
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan, inflasi September terutama dipicu oleh kenaikan harga pada komponen inti, yakni sebesar 0,18% dengan andil 0,11% terhadap inflasi umum.
"Komoditas penyumbang inflasi inti yaitu emas perhiasan dan biaya kuliah," jelas Habibullah dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Inflasi September juga tercatat sebagai inflasi tertinggi kedua sepanjang 2025, setelah puncaknya pada April lalu. Meski demikian, tingkat inflasi saat ini masih berada dalam target pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 2,5% ± 1%.
(wur)