
Gara-Gara China, Starbucks hingga Under Armour Rela Lakukan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia — Meski pertumbuhan ekonomi China melambat, pasar konsumen terbesar kedua dunia tetap menjadi magnet bagi merek global. Tantangan persaingan lokal mendorong perusahaan asing menyesuaikan strategi agar tetap relevan dan menarik hati konsumen China.
Salah satu contoh sukses datang dari Starbucks. Raksasa kopi asal Amerika Serikat ini menggabungkan menu lokal, desain gerai unik, dan strategi digital untuk memikat konsumen muda China. Minuman khas seperti matcha latte dan red bean frappuccino menghadirkan cita rasa lokal, sementara interior gerai yang mengadopsi elemen budaya China menciptakan pengalaman unik bagi pelanggan.
Starbucks juga memanfaatkan media sosial lokal seperti Douyin dan WeChat untuk promosi, penjualan online, dan membangun komunitas pelanggan. Hasilnya, Starbucks tetap kuat bersaing meski banyak brand lokal agresif menggaet konsumen muda.
Selain Starbucks, Kraft Heinz juga menyesuaikan strategi pemasaran di China. Untuk meningkatkan penjualan saus tomat, perusahaan bekerja sama dengan agen lokal yang mendesain kampanye kreatif, mulai dari dekorasi stasiun subway menyerupai botol ketchup hingga mempromosikan resep lokal seperti stir-fried eggs and tomatoes. Strategi lokal ini terbukti membantu perusahaan mengimbangi penurunan penjualan di pasar Amerika Utara.
Sementara itu, Apple memanfaatkan data e-commerce lokal untuk meluncurkan iPhone 17 di China. JD.com merilis angka penjualan pre-order, menunjukkan minat tinggi konsumen China meski persaingan dari merek lokal ketat.
Warna baru "cosmic orange" dan kapasitas penyimpanan lebih besar berhasil menarik pelanggan baru, sementara produsen aksesori lokal sudah merilis case dengan warna serupa sebelum iPhone 17 resmi dijual.
Brand global lainnya seperti Lululemon dan Under Armour juga menyesuaikan produk dan harga. Misalnya, Under Armour menghadirkan produk di bawah 100 yuan untuk menarik pembeli massal secara online, kemudian membangun komunitas offline untuk menjual produk premium.
Menurut Ashley Dudarenok, pendiri konsultan pemasaran ChoZan, kunci keberhasilan brand asing adalah memiliki tim R&D lokal, menyesuaikan produk dengan tren pasar, dan meluncurkannya cepat. "Merek yang menempatkan tim lokal dan memahami selera konsumen China dapat meraih sukses lebih cepat, bukan sekadar menyalin produk global," ujarnya, dikutip dari CNBC.com, Minggu (5/10/2025).
Tak kalah penting, data menjadi senjata utama. Platform e-commerce China seperti Tmall menyediakan data granular tentang tren penjualan, harga, dan popularitas produk-sesuatu yang jarang ditawarkan platform di negara lain. Informasi ini membantu merek asing merespons tren pasar lebih cepat dan menghadirkan produk yang relevan.
Di sisi lain, keterlibatan budaya lokal juga menjadi strategi yang tidak kalah penting. Merek seperti Loewe menggandeng pengrajin jade, sementara Burberry bekerja sama dengan seniman anyaman bambu. Bahkan LVMH membuka gerai berbentuk kapal di Shanghai yang memadukan sejarah lokal dengan identitas merek, menciptakan buzz besar meski penjualan barang mewah di China tengah menurun.
Hasilnya, adaptasi ini tidak hanya soal penjualan, tetapi juga membangun hubungan emosional dengan konsumen China. Dengan kombinasi produk lokal, kampanye digital, data, dan koneksi budaya, merek global memiliki peluang lebih besar bertahan dan berkembang di pasar yang semakin kompetitif ini.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Dilanda "Perang Saudara" Baru, Saling Hantam Jadi Bumerang
