ADB Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 4,9% Untuk 2025

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
01 October 2025 10:10
A worker walks past inside the Asian Development Bank (ADB) headquarters in Manila June 17, 2009. REUTERS/Cheryl Ravelo/Files
Foto: REUTERS/Cheryl Ravelo

Jakarta, CNBC Indonesia - Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kajian terbarunya di Asian Development Outlook (ADO) edisi September 2025.

Dalam proyeksi teranyar, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia keseluruhan tahun ini hanya akan mencapai 4,9% dari sebelumnya di level 5% dalam dokumen ADO edisi April 2025. Demikian juga untuk 2026 dari 5,1% menjadi 5%.

Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini sejalan dengan turunnya perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan kawasan Asia Tenggara atau ASEAN dari 4,7% menjadi 4,3% untuk 2025 dan 2026.

Bahkan, untuk kawasan yang lebih luas, yakni kawasan berkembang Asia dan Pasifik juga proyeksinya dipangkas dari sebelumnya bisa tumbuh 4,9% menjadi 4,8% tahun ini dan dari 4,7% menjadi 4,5% tahun depan.

Kepala Ekonom ADB Albert Park menjelaskan, meratanya pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2025-2026 di kawasan Asia ini karena tarif lebih tinggi yang dikenakan Amerika Serikat dan meningkatnya ketidakpastian perdagangan diperkirakan akan membebani pertumbuhan di kawasan ini.

Inflasi diproyeksikan masih terus melandai ke 1,7% tahun ini di tengah penurunan harga pangan dan energi, sebelum naik lagi menjadi 2,1% tahun depan seiring normalisasi harga pangan.

"Tarif Amerika Serikat berada pada tingkat yang tinggi secara historis dan ketidakpastian perdagangan global masih sangat tinggi," kata Albert Park melalui siaran pers, Rabu (1/10/2025).

Risiko utama terhadap proyeksi di kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik termasuk berlanjutnya ketidakpastian di seputar kebijakan dagang Amerika Serikat, terutama yang berkaitan dengan peluang tarif sektoral terhadap semikonduktor dan farmasi, dan juga negosiasi perdagangan Amerika Serikat-RRT yang belum selesai.

Ketegangan geopolitik yang masih terjadi, potensi makin memburuknya pasar properti RRT, dan kemungkinan volatilitas pasar keuangan juga dapat berdampak terhadap proyek kawasan ini.

Albert mengingatkan, dalam lingkungan perdagangan global yang baru, sangatlah penting agar berbagai pemerintahan terus mengedepankan manajemen makroekonomi yang kuat, keterbukaan, dan integrasi regional lebih lanjut.

"Pertumbuhan di kawasan berkembang Asia dan Pasifik masih tangguh tahun ini berkat kuatnya ekspor dan permintaan domestik, tetapi memburuknya lingkungan eksternal telah berdampak terhadap proyeksi ke depan," ucapnya.

Khusus untuk China, ADB memperkirakan, pertumbuhan ekonomi cendeurng tak mengalami perubahan karena dukungan kebijakan mampu meringankan dampak tarif tinggi dan masih lemahnya pasar properti. Perekonomian RRT tetap diproyeksikan tumbuh 4,7% tahun ini dan 4,3% tahun depan.

Sementara itu, untuk India, tarif tinggi yang dikenakan Amerika Serikat terhadap ekspornya mulai Agustus akan membebani pertumbuhan. ADB kini memperkirakan perekonomian India akan tumbuh 6,5% baik untuk 2025 maupun 2026, dibandingkan dengan prakiraan April, yaitu 6,7% tahun ini dan 6,8% tahun depan.

Proyeksi pertumbuhan ADB terbaru ini berbeda dengan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD yang justru merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dalam Interim Report OECD Economic Outlook September 2025.

Dalam laporannya terbaru itu, OECD memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai level 4,9% pada 2025 dan 2026. Proyeksi itu lebih tinggi 0,2 poin persentase dibanding laporan Juni 2025, dan untuk 2026 lebih tinggi 0,1 poin persentase.

Alasan utama OECD melihat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih kencang dari perkiraan semula ialah tren suku bunga acuan yang semakin rendah, berpotensi turut mendorong laju aliran investasi di dalam negeri.

"Pelonggaran kebijakan moneter dan investasi publik yang kuat diharapkan dapat mendukung perekonomian Indonesia, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9% yang diproyeksikan untuk tahun 2025 dan 2026," dikutip dari laporan terbaru OECD itu, Rabu (24/9/2025).


(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI-ADB Konversi Utang Terbesar dalam Sejarah US$3,3 M ke Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular