14 Negara Maju Jadi Raja Utang Dunia, Bisa Jadi Bom Waktu

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
30 September 2025 14:10
utang
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang keseluruhan global semakin hari makin menggunung dan terus mencetak rekor tertinggi dalam sejarah.

Pada kuartal I-2025, berdasarkan data dari Bank of International Settlements, total utang non-rumah tangga dunia tercatat mencapai US$150 triliun atau naik hampir 6% dibandingkan periode yang sama 2024. Kenaikan utang ini terjadi di saat Produk Domestik Bruto (PDB) global 2024 hanya diperkirakan sebesar US$111 triliun. Hal ini menciptakan adanya jurang antara besarnya jumlah utang dan kapasitas ekonomi dunia yang makin melebar.

Pendorong utama kenaikan utang ini pun cukup beragam, mulai dari kebutuhan belanja negara pasca pandemi covid-19, kenaikan anggaran pertahanan di mayoritas negara-negara besar di tengah memanasnya geopolitik global. Hingga stimulus fiskal yang dikeluarkan oleh setiap pemerintahan untuk memacu pertumbuhan ekonomi negaranya yang sedang melambat.

Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak negara mengandalkan pembiayaan melalui utang sebagai instrumen utama dalam menjaga perekonomiannya. Menariknya, dari 17 negara dengan beban utang terbesar, 14 di antaranya berasal dari negara maju, sementara hanya tiga negara yakni China, Brasil, dan Meksiko yang masuk kategori negara berkembang.

Selain soal jumlah, kenaikan utang juga menimbulkan risiko baru bagi stabilitas pasar keuangan global. Tingginya imbal hasil obligasi negara-negara G7 serta ancaman "bond vigilante" yakni aksi jual besar-besaran oleh investor terhadap obligasi negara yang dianggap tidak berkelanjutan-membayangi keberlanjutan pembiayaan di masa depan.

Amerika Utara

Secara keseluruhan, total utang kawasan Amerika Utara mencapai US$64,3 triliun.

Amerika Serikat menjadi negara dengan utang non-rumah tangga terbesar di dunia, mencapai US$58,8 triliun atau sekitar 39% dari total utang global berdasarkan data kuartal I-2025 dari Bank of International Settlements.

Mayoritas utang di AS ditanggung oleh pemerintah, kemudian disusul oleh lembaga keuangan dan korporasi non-keuangan. Selain AS, Kanada tercatat juga memiliki utang sebesar US$4,3 triliun, sementara Meksiko tercatat sekitar US$1,2 triliun.

Eropa

Eropa menjadi kawasan dengan kontribusi besar terhadap total utang global. Prancis memimpin dengan total utang US$6,5 triliun, disusul Inggris US$6,3 triliun, Jerman US$4,7 triliun, dan Italia US$3,8 triliun.

Beberapa negara lain seperti Belanda dan Spanyol masing-masing lebih dari US$2 triliun, sedangkan Belgia, Luksemburg, dan Irlandia masing-masing sekitar US$1 triliun. Jika digabungkan dengan kelompok Eropa Lainnya yang mencapai US$6,3 triliun. 

Total utang kawasan Eropa mencapai US$35,5 triliun. 

Asia

Di Asia, China menempati posisi kedua secara global dengan utang sebesar US$26,1 triliun, yang sebagian besar berasal dari utang pemerintah.

Jepang berada di urutan ketiga dunia dengan US$11,1 triliun, juga didominasi oleh utang publik. Negara Asia lain seperti Korea Selatan dengan US$2,5 triliun dan Asia Lainnya sebesar US$3,1 triliun turut menyumbang angka signifikan. Sehingga total utang di kawasan Asia mencapai US$42,8 triliun. 

Amerika Selatan

Kawasan Amerika Selatan relatif lebih kecil kontribusinya terhadap total utang global. Brasil memimpin dengan US$3,1 triliun, sementara negara lain di wilayah ini mencatatkan sekitar US$0,79 triliun. Secara total, utang kawasan Amerika Selatan mencapai US$3,9 triliun.

Oseania

Di Oseania, Australia mencatatkan utang non-rumah tangga sebesar US$2,4 triliun. Angka ini memang lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Utara, Asia, dan Eropa, namun tetap signifikan untuk ukuran perekonomian kawasan.

Total Utang Global Menurut IFF

Di sisi lain, laporan Institute of International Finance (IIF) menunjukkan bahwa total utang global pada akhir kuartal II-2025 sudah menembus US$337,7 triliun atau Rp5.639 kuadriliun (kurs Rp16.700/US$).

Lonjakan lebih dari US$21 triliun hanya dalam enam bulan ini didorong oleh pelonggaran kondisi keuangan global, pelemahan dolar AS, serta kebijakan akomodatif bank sentral di negara-negara besar.

Kenaikan utang terbesar tercatat di China, Prancis, AS, Jerman, Inggris, dan Jepang. Bahkan, pasar negara berkembang menghadapi rekor tertinggi dengan total utang lebih dari US$109 triliun, didorong oleh lonjakan tajam di China, Arab Saudi, Kanada, dan Polandia.

Secara keseluruhan, rasio utang terhadap output global terus bergerak perlahan menurun, berada tepat di atas 324%. Namun, di pasar negara berkembang, rasio tersebut mencapai 242,4%, rekor baru setelah revisi ke bawah pada laporan terakhir di bulan Mei 2025. 

IIF memperingatkan bahwa tekanan fiskal dapat semakin berat, terutama di negara-negara G7. Imbal hasil obligasi 10 tahun G7 kini sudah mendekati level tertinggi sejak 2011. Sementara itu, di AS, sekitar 20% dari total utang pemerintah berupa pinjaman jangka pendek, yang menimbulkan risiko tambahan jika investor mulai meragukan keberlanjutan fiskal Negeri Paman Sam.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation