Terungkap! Fuad Bawazier Bongkar Biang Kerok Rupiah Anjlok Pekan Lalu
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan periode Maret-Mei 1998 era Pemerintahan Soeharto, Fuad Bawazier mengungkapkan masalah utama yang memicu pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah hingga tembus di atas Rp 16.700/US$ pada pekan lalu.
Ia mengatakan, pelemahan itu tak ada kaitannya dengan pembahasan revisi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan atau UU P2SK yang dianggap beberapa pihak memperlemah independensi Bank Indonesia.
Menurutnya, pelemahan saat itu murni dipicu oleh kebijakan Himpunan Bank Milik Negara atau Himbara yang menaikkan secara sepihak bunga deposito valuta asing atau valas khusus dolar menjadi 4% untuk menarik simpanan dolar di luar negeri ke Indonesia.
"Ya otomatis orang pindahin depositonya lah dari rupiah ke dolar itu, makanya turun. Tapi itu bukan karena faktor-faktor kebijakannya yang akan kita bicarakan soal P2SK itu," kata Fuad saat berbicara di CNBC Indonesia TV, Senin (29/9/2025).
Ia pun menganggap Bank Himbara sudah sangat teledor dalam mengeluarkan kebijakan menarik dolar AS dari luar negeri. Alih-alih membuat dolar masuk ia mengatakan, kebijakan itu malah semakin membebani pergerakan kurs rupiah sejak pekan lalu.
Saat ini, kurs rupiah telah mengalami penguatan siginifikan hingga kembali ke level kisaran Rp 16.600. Merujuk Refinitiv, mata uang garuda berhasil ditutup di level Rp16.665/US$ atau menguat 0,36% setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan kebijakan kenaikan bunga deposito dolar di Himbara itu bukan merupakan perintah negara.
"Maaf ngomong itu, itu keteledoran, kecerobohan daripada Himbara yang menaikkan suku bunga dolar dengan asumsi nanti dolar dari luar negeri akan datang ke Indonesia. Ya enggak mungkin datang ke Indonesia, yang ada orang mengkonversi depositonya dari rupiah ke dolar, ya permintaan dolar naik, harga dolar menguat," tutur Fuad.
Meski begitu, Fuad mengakui, setiap ada perubahan kebijakan atau perubahan fundamental dalam suatu institusi, pelaku pasar keuangan akan selalu merespons dengan keragu-raguan dan kehati-hatian. Namun, sifatnya kata dia tidak akan terlalu siginfikan dibanding dengan masalah fundamental ekonomi.
Ia mencontohkan, ketika ada pergantian menteri keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa terjadi tekanan terhadap pasar keuangan termasuk kurs, namun bisa cepat membalik. Demikian juga dengan saat munculnya mandat baru BI dalam draf RUU P2SK terbaru.
"Itu memang biasa seperti itu tidak usah dikhawatirkan sekian hari juga balik lagi berubah lagi, karena memang khawatir, orang memang biasa, pasar itu harus lebih berhati-hati, ada apa-apa perubahan seperti itu, kalau sudah juga biasa juga jalan, malah nanti akan menjadi oh iya lebih bagusnya ternyata," tutur Fuad.
(arj/mij)