Jangan Panik! Dolar Tak Akan Tembus di Atas Rp 16.500

Arrijal Rachman , CNBC Indonesia
31 July 2025 12:35
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan terhadap kurs rupiah terjadi hari ini, membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak ke level atas Rp 16.450/US$.

Berdasarkan data Refinitiv, hingga pukul 12.00 WIB, Kamis (31/7/2025), rupiah berada di posisi Rp16.460/US$ atau melemah 0,46% dibandingkan penutupan sebelumnya.

Namun, sejumlah kalangan ekonom menganggap, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak akan melampaui Rp 16.500/US$ hari ini, karena besarnya amunisi Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan kurs meski tekanan eksternal besar.

"Hari ini, rupiah diperkirakan bergerak dalam kisaran Rp 16.375 - 16.500 per dolar AS," kata Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede kepada CNBC Indonesia, Kamis (31/7/2025).

Tekanan terhadap kurs terjadi seusai Bank Sentral AS The Federal Reserve atau The Fed mempertahankan suku bunga acuan Fed Fund Rate di level kisaran 4,25%-4,50%. Keputusan ini, ditambah dengan data ekonomi yang kuat dan mendorong investor untuk kembali masuk ke aset-aset berbasis dolar dan meninggalkan mata uang negara berkembang termasuk rupiah.

Namun, keputusan dewan gubernur The Fed kali ini tidak bulat, setelah dua pejabat tinggi, yakni Gubernur Christopher Waller dan Michelle Bowman, menyatakan ketidaksetujuan atau beda pendapat. Mereka lebih memilih agar suku bunga dipangkas 25 bps. Perbedaan pandangan ini mencerminkan situasi luar biasa dan tidak nyaman yang dihadapi bank sentral.

"Dalam perkembangan rapat tersebut, dua gubernur Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, mendukung penurunan suku bunga pada bulan Juli 2025, perbedaan pendapat ganda pertama sejak 1993, yang sempat meningkatkan ekspektasi pasar akan potensi penurunan suku bunga pada September 2025," ucap Josua.

Di sisi lain, rilis data ekonomi AS baru-baru ini kata Josua lebih mendominasi sentimen pasar. Perekonomian AS tumbuh 3,0% qoq pada kuartal kedua 2025, melampaui perkiraan konsensus sebesar 2,4% qoq.

Kekuatan pasar tenaga kerja juga berlanjut, dengan laporan ADP menunjukkan peningkatan lapangan kerja yang lebih besar dari perkiraan, yaitu 104.000 pada Juli 2025. Akibatnya, strong Dollar terjadi, bahkan dolar AS diperdagangkan lebih tinggi terhadap Euro dan franc Swiss.

"Indeks Dolar AS naik 0,94% menjadi 99,82 pada hari Rabu, menandai sesi kenaikan kelima berturut-turut, karena pasar mencerna keputusan kebijakan terbaru Fed dalam pertemuan FOMC Juli 2025," papar Josua.

Meski besarnya tekanan eksternal hari ini, kondisi pasar keuangan domestik justru solid membuat tekanan kurs rupiah atak akan sampai menembus level psikologis Rp 16.500.

Josua mengatakan, volume perdagangan obligasi pemerintah misalnya tercatat Rp 36,34 triliun, lebih tinggi dibandingkan sesi Selasa sebesar Rp 34,35 triliun. Kepemilikan investor asing turun Rp 0,10 triliun menjadi Rp 934 triliun atau 14,62% dari total outstanding pada 29 Juli 2025.

Yield obligasi acuan 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun juga tak berubah masing-masing tercatat 6,13% (0bps), 6,56% (0bps), 6,84% (0bps), dan 6,92% (0bps).

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto pun meyakini kurs rupiah sepanjang hari ini akan bergerak di kisaran bawah Rp 16.500 karena besarnya pasokan dolar yang ada di BI untuk stabilisasi kurs.

"Level support dan resistance terdekat untuk USD-IDR masing-masing berada di 16.405 dan 16.494," ungkap Myrdal kepada CNBC Indonesia.

Myrdal mengatakan, Indonesia masih memiliki posisi yang kuat dalam hal amunisi moneter, berupa surplus perdagangan yang kuat dengan arus masuk uang dari pasar obligasi pemerintah dan SRBI.

"Ini yang akan melindungi Rupiah dari fluktuasi lebih lanjut di pasar valuta asing global di tengah ketidakpastian prospek ekonomi global selama negosiasi perjanjian perdagangan antara AS dan mitra dagang utamanya," tegasnya.

Myrdal juga menganggap level Rupiah saat ini sebetulnya cukup menarik bagi pemegang dolar AS lokal untuk mulai mengonversi mata uang asing mereka menjadi mata uang lokal.


(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Utang Luar Negeri RI Naik 6,4% Tembus Rp 7.100 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular