Neraca Dagang RI Surplus 63 Bulan Beruntun, Airlangga & BI Buka Suara

Arrijal Rachman , CNBC Indonesia
Selasa, 02/09/2025 09:01 WIB
Foto: Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan New Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 4,17 miliar pada Juli 2025.

Surplus ini merupakan surplus yang dicetak Indonesia selama 63 bulan beruntun sejak Mei 2020. Tidak hanya itu, surplus juga meningkat dibandingkan dengan surplus pada Juni 2025 sebesar US$ 4,10 miliar.

Bank Indonesia (BI) memandang surplus neraca perdagangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.


"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, dikutip Selasa (2/9/2025)

Surplus neraca perdagangan yang lebih tinggi terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat. Neraca perdagangan nonmigas pada Juli 2025 mencatat surplus sebesar US$ 5,75 miliar, seiring dengan ekspor nonmigas yang meningkat menjadi sebesar US$ 23,81 miliar.

Kinerja positif ekspor nonmigas tersebut terutama didukung oleh ekspor berbasis sumber daya alam seperti bahan bakar mineral serta lemak dan minyak hewani/nabati maupun ekspor produk manufaktur seperti mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya serta besi dan baja.

Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas meningkat menjadi sebesar US$ 1,58 miliar pada Juli 2025 sejalan dengan peningkatan impor migas di tengah penurunan ekspor migas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan surplus yang berkelanjutan selama 63 bulan beruntun ini menegaskan solidnya outlook perekonomian nasional.

Surplus tersebut ditopang oleh membaiknya kinerja ekspor yang meningkat 5,6% (mtm) mencapai US$ 24,75 miliar lebih tinggi dari performa impor pada Juli 2025. Dalam kesempatan ini, Airlangga merespons isu pengenaan tarif baru perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS).

"Neraca perdagangan dengan AS mencatatkan surplus yang mencapai USD2,2 miliar untuk sektor non-migas di Juli 2025. Surplus tersebut ditopang oleh terjaganya performa ekspor dimana Indonesia masih dikenakan tarif baseline 10% untuk ekspor ke AS pada bulan Juli," papar Airlangga.

Dia pun menambahkan meningkatnya aktivitas manufaktur di beberapa mitra dagang utama Indonesia mendorong permintaan atas produk Indonesia.

Ini tercermin dari indeks PMI manufaktur India yang naik dari level 58,4 ke level 59,1, ASEAN naik dari level 48,6 ke level 50,1, dan Uni Eropa naik dari level 49,2 ke level 49,6 pada bulan Juli.

"Mayoritas negara tujuan utama ekspor non-migas Indonesia mencatatkan kenaikan. Sementara itu, Tiongkok masih menjadi tujuan utama ekspor non-migas, disusul Amerika Serikat dan India," katanya.

Lebih lanjut, dia menegaskan peningkatan kinerja ekspor didukung oleh kenaikan harga komoditas utama Indonesia termasuk batu bara, gas alam, kelapa sawit, karet, bijih besi dan timah.

Airlangga menambahkan peningkatan kinerja ekspor tidak hanya terjadi pada komoditas namun juga produk manufaktur dengan nilai tambah tinggi termasuk ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87), mesin dan peralatan mekanis (HS 84), serta alas kaki (HS 64).


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Airlangga Dorong Indonesia Incorporated untuk Ekonomi Nasional