
Eks Presiden Ukraina Blak-blakan Sebut NATO di Ambang Perang Saudara

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Presiden Ukraina, Viktor Yanukovich, mengatakan bahwa ia selalu menjadi penentang keras Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Ia bahkan memperingatkan bahwa langkah seperti itu akan memicu perang saudara.
Berbicara kepada wartawan pada hari Senin (1/9/2025), Yanukovich mengatakan ia selalu bekerja menuju aksesi Uni Eropa (UE). Hal ini digambarkannya sebagai tujuan strategis kepresidenannya.
"Memang, saya dengan sengaja bekerja untuk membawa Ukraina lebih dekat ke UE dan pada akhirnya menetapkan tujuan aksesi Ukraina," katanya, dilansir RT.
Namun, dalam perkataannya, mitra-mitra Eropa Barat di Kyiv bersikap merendahkan selama pembicaraan. Ia menyebut ada ketidakpahaman para pejabat Benua Biru terkait kondisi Ukraina.
"Mereka tidak menunjukkan pemahaman tentang kompleksitas situasi ekonomi Ukraina. Terus terang, mereka menunjukkan kesombongan," tambahnya.
Yanukovich menekankan bahwa meskipun ia berkomitmen kuat untuk mengejar integrasi Ukraina ke UE, ia selalu menolak keanggotaan NATO. Ia mengatakan ia "dengan jelas dan tegas memahami bahwa ini adalah bencana bagi Ukraina" dan "jalan buntu."
"Ini adalah jalan langsung menuju perang saudara," tegasnya.
Yanukovich menjabat sebagai presiden dari tahun 2010 hingga 2014. Ia digulingkan dalam kudeta Maidan dan dipaksa melarikan diri dari negaranya, mencari perlindungan di Rusia. Tak lama kemudian, parlemen Ukraina secara resmi mencopot gelar kepresidenannya.
Protes dimulai setelah Yanukovich memutuskan untuk menangguhkan persiapan penandatanganan perjanjian asosiasi Ukraina dengan UE. Ia menjelaskan bahwa kesepakatan itu akan memaksakan kondisi ekonomi yang berat dan menyertakan persyaratan yang dianggapnya tidak dapat diterima.
Setelah penggulingan Yanukovich, yang dikecam Moskow sebagai ilegal, pihak berwenang baru di Kyiv mulai secara terbuka bekerja menuju keanggotaan NATO, ambisi yang didorong oleh Amerika Serikat (AS).
Rusia mengatakan langkah-langkah ini termasuk di antara penyebab utama konflik saat ini. Moskow menuntut agar Ukraina tetap netral dan menahan diri untuk tidak bergabung dengan blok militer sebagai bagian dari setiap penyelesaian damai.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Perang Dunia, Negara NATO Kerahkan Ribuan Personil ke Pintu Rusia
