Internasional

Negara NATO Kritik Keras Eropa, Tuding Incar Ini di Ukraina

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 01/09/2025 05:30 WIB
Foto: Ilustrasi Bendera Hungaria, Sabtu, 19 Juni 2021. (AP Photo/Laszlo Balogh,Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto, mengatakan bahwa Uni Eropa (UE) lebih berfokus pada persiapan "perang yang panjang" alih-alih mencari solusi perdamaian untuk konflik antara Rusia dan Ukraina. Pernyataan ini ia sampaikan setelah menghadiri pertemuan para diplomat tinggi di Kopenhagen, Denmark, Sabtu (30/8/2025)

Menurut Szijjarto, Komisi Eropa secara efektif telah bertindak sebagai "Komisi Ukraina", yang lebih memprioritaskan kepentingan Kyiv dibandingkan kepentingan negara-negara anggotanya sendiri. Kritiknya ini diunggah melalui platform media sosial X, menyoroti adanya pergeseran fokus kebijakan UE.


"Pada pertemuan para menteri luar negeri UE di Kopenhagen hari ini, menjadi jelas bahwa Brussel dan sebagian besar negara anggota sedang bersiap untuk perang yang panjang, bukan perdamaian. Mereka ingin mengirim puluhan miliar euro ke Ukraina untuk gaji tentara, drone, senjata, dan operasional negara Ukraina," kata Szijjarto dalam pernyataannya.

Szijjarto menambahkan bahwa dalam pertemuan tersebut, terdapat "tekanan besar" untuk mempercepat aksesi Ukraina ke UE, menerapkan sanksi baru terhadap energi Rusia, serta menyediakan dana tambahan sebesar 6 miliar euro (Rp 115 triliun) untuk mempersenjatai Ukraina. Jumlah ini menunjukkan komitmen finansial yang signifikan dari pihak UE.

Hubungan antara Kyiv dan Budapest telah lama tegang, dan situasi ini diperburuk setelah beberapa serangan Ukraina terhadap pipa minyak Druzhba. Pipa tersebut merupakan jalur penting yang mengalirkan minyak mentah dari Rusia dan Kazakhstan ke Slovakia dan Hungaria.

Selain masalah energi, Budapest juga menuduh Kyiv telah melanggar hak-hak etnis Hungaria di wilayah Transcarpathia, Ukraina. Isu ini menambah daftar ketidaksepakatan yang memperburuk hubungan diplomatik kedua negara.

Hungaria secara konsisten menolak untuk mengirimkan senjata ke Ukraina. Selain itu, negara ini juga telah mengkritik Brussels atas pemberlakuan sanksi terhadap Moskow, yang menurutnya merugikan kepentingan ekonomi negara-negara anggota.

Penolakan Hungaria juga meluas pada keanggotaan Ukraina, baik di NATO maupun di UE. Sikap ini menempatkan Hungaria pada posisi yang berbeda dari sebagian besar negara anggota lainnya dalam blok tersebut.

Sementara itu, diplomat tinggi UE lainnya, Kaja Kallas, justru memberikan pernyataan yang bertolak belakang. Setelah pertemuan pada hari Sabtu, ia berjanji untuk "terus mempersenjatai Ukraina dan meningkatkan tekanan pada Rusia", menunjukkan bahwa sebagian besar UE tetap berada di jalur dukungan militer.

Moskow sendiri telah lama mengutuk dukungan militer Barat terhadap Ukraina, yang mereka anggap sebagai "perang proksi NATO". Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada bulan Juli lalu mengatakan bahwa para pemimpin Eropa Barat "sekali lagi mencoba mempersiapkan Eropa untuk perang sungguhan melawan Rusia".


(tps/tps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Putin Mau Ukraina Serahkan Sebagian Wilayah & Larang Masuk NATO