Jadi yang Pertama di ASEAN, Pertamina Dorong SAF untuk Ekspor

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Rabu, 27/08/2025 15:51 WIB
Foto: Komisaris Utama Pertamina Mochamad Iriawan mendorong agar Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku Used Cooking Oil (UCO) agar bisa diekspor/Teti Purwanti

Cilacap, CNBC Indonesia - Komisaris Utama Pertamina Mochamad Iriawan mendorong agar Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku Used Cooking Oil (UCO) agar bisa diekspor. Apalagi inovasi dari Pertamina ini merupakan yang pertama di Asia Tenggara.

"Saya sudah mendorong agar SAF bisa menjajaki pasar ekspor dan harus bisa bersaing di pasar, apalagi kita yang pertama di ASEAN," ungkap Iwan kepada media, di RU IV Cilacap, Rabu (27/8/2025).

Menurut Iwan upaya ini juga sejalan dengan Asta Cita pemerintah terkait swasembada energi. Inovasi ini menurutnya juga luar biasa, karena bisa menjadikan minyak jelantah yang tidak bernilai menjadi sumber energi yang ramah lingkungan.


Untuk bisa mencapai rencana-rencana tersebut, Iwan juga berharap Pertamina bisa membuat titik pengumpulan jelantah di seluruh Indonesia bisa bertambah. Saat ini, Pertamina baru memiliki 37 titik pengumpulan dengan paling banyak titik di Pulau Jawa.

"Ke depan agar bahan baku juga cukup, kami akan bekerja sama dengan industri, dari restoran hingga perhotelan," tegas Iwan.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan masyarakat bisa menukar minyak jelantahnya di beberapa titik dengan harga kisaran Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per liter.

"Setelah kami kumpulkan akan diproses menjadi SAF di Kilang Pertamina di Cilacap. Adapun pasarnya sejauh ini ekspor karena di luar negeri sudah ada mandat untuk menggunakan SAF," rinci Fadjar.

Untuk pasar ekspor, Fadjar mengatakan pengolahan SAF dilakukan di kilang yang dekat dengan bandara internasional, seperti yang dilakukan di Cilacap agar dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan juga Bali. Menurutnya, SAF tentu saja menjadi peluang besar bagi Pertamina, hanya saja saat ini masih menunggu juga bagaimana regulasi dari pemerintah.

"Ya tentu itu menjadi peluang juga untuk Pertamina sebagai pemasok utama SAF. Namun, masih tidak semua penerbangan pakai SAF. Oleh karena itu, kami masih menyesuaikan dengan stok yang ada," ungkap Fadjar.

Untuk diketahui, produksi SAF mencapai 8.000 barel/ hari, dan ditargetkan trus bertambah ke depannya. Produksi SAF akan dilakukan bukan hanya di Kilang Cilacap, namun juga di Kilang Dumai dan Balungan.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Bidik 10% Produksi Bioavtur SAF Lewat Hilirisasi Rumput Laut