
Industri Tambang Mulai Marak Gunakan Truk Listrik, Begini Tantangannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) mengungkapkan pelaku usaha di sektor pertambangan mulai melirik penggunaan kendaraan listrik untuk operasionalnya. Salah satunya disebabkan oleh tingginya biaya bahan bakar solar.
Ketua Umum PERHAPI Sudirman Widhy Hartono mengatakan meski mulai banyak yang melirik, namun penggunaan kendaraan listrik untuk operasional tambang masih menemui sejumlah tantangan.
Menurut dia, kendaraan listrik selama ini dinilai lebih efektif digunakan pada jalur datar. Sementara kondisi di lapangan banyak tambang di Indonesia yang memiliki kedalaman hingga 100 meter.
"Perkaranya kendala di EV, bahwa ini hanya akan efektif untuk pengangkutan di jalan yang rata. Sementara banyak tambang kedalaman 50-100 meter," ujarnya dalam acara Sharing Session: The Future EV In Mining Industry, dikutip Rabu (27/8/2025).
Oleh sebab itu, ia menyarankan untuk pengangkutan dari bawah ke atas, lebih tepat jika menggunakan truk hibrida. Dimana sebagian pakai bahan bakar, sebagian pakai baterai.
"Begitu turun menggunakan baterai. Tapi untuk pengangkutan datar, itu sudah banyak yang beralih ke EV truk. Perkaranya bagaimana dengan peralatan tambang lain, ekskavator, dan lain-lain," ujarnya.
Sudirman menceritakan bahwa biaya bahan bakar solar untuk sektor pertambangan sendiri bisa mencapai 30 hingga 60% dari total biaya operasional. Belum lagi ditambah dengan biaya perawatan.
"Jadi mereka memang kalau mau jujur itu faktor utama untuk beralih ke EV. Misalnya lingkungan itu nomor 2 atau 3 tapi faktor biaya. Terutama perusahaan tambang untuk beralih ke EV," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Susun Standar Baku Pengelolaan Lingkungan di Area Tambang