Stok Beras di Ritel Seret, Satgas Pangan Polri Akui Produsen Ketakutan

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
26 August 2025 20:10
Diskusi Publik Tentang Perberasan Nasional di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Selasa (26/8/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari RIzky)
Foto: Ketua Satgas Pangan Polri Helfi Assegaf (baju putih, keempat dari kiri) dalam Diskusi Publik Tentang Perberasan Nasional di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Selasa (26/8/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari RIzky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri mengakui stok beras premium di sejumlah gerai ritel modern semakin menipis. Ketua Satgas Pangan Polri Helfi Assegaf menuturkan, kondisi ini bukan lantaran peritel menarik pasokan, melainkan karena produsen enggan memasok ulang beras ke ritel. Alasannya, para produsen khawatir berurusan dengan hukum.

"Bahwa ada penurunan stok yang tersedia di ritel modern. Memang ada penurunan (stok beras), otomatis. Karena informasinya mereka melakukan penarikan. Bukan penarikan, tetapi menghabiskan stok yang ada di ritel dan tidak mengisi kembali," kata Helfi dalam Diskusi Publik bertajuk Perberasan Nasional di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Selasa (26/8/2025).

Helfi mengungkapkan, dari hasil penelusuran Satgas Pangan Polri, sejumlah produsen beras mengaku takut memasok kembali ke ritel.

"Apa masalahnya (produsen tidak mengisi stok beras di ritel modern), kami dalami kembali. Kenapa tidak kamu mengisi (stok beras)? Mereka bilang 'Kami takut, Pak, nanti ditangkap'. Kalau kamu uji lab, sesuai komposisinya kenapa takut?" ungkapnya.

Dia menilai, produsen seharusnya tidak perlu khawatir bila produk yang dipasarkan sudah sesuai label dan standar mutu yang berlaku.

"Saya kira kalau kalian sesuai dengan apa yang kamu tempel di label, ya nggak ada masalah. Perizinanmu ada, semuanya ada. Terus apa masalahnya? Karena kalian takut sendiri menjual yang tidak sesuai komposisi," ucap dia.

Sementara itu, Helfi mengaku sudah menyampaikan kepada para produsen, bilamana mereka tidak ingin menjual beras premium dalam bentuk kemasan, maka bisa dijual atau menyalurkannya dalam bentuk curah.

"Kalau memang tidak mau dijual kemasan, ya harus ada labelnya, ya silahkan dijual curah. Dijual curah nggak ada masalah, walaupun tetap diatur untuk standarnya. Dan itu sudah kita sampaikan ke para produsen," katanya.

Satgas Pangan, lanjutnya, baru akan mengambil langkah hukum bagi produsen yang terbukti berulang kali melanggar aturan mutu dan kualitas beras.

"Kami sudah sampaikan supaya rekan-rekan produsen, distributor bisa menjual beras yang memang sesuai standar komposisi yang tertera di label. Artinya mereka menjual dengan komposisi yang dia mau, dengan harga yang sudah diatur ya harusnya isinya juga sesuai. Jadi tidak seperti yang kita temukan di lapangan, semua tidak sesuai," bebernya.

Upaya ini, menurut Helfi, dilakukan untuk menertibkan pasar agar tak lagi beredar beras premium maupun medium yang kualitasnya tidak sesuai label. Ia juga menegaskan Satgas Pangan telah mengembalikan sejumlah barang sitaan, seperti mesin dan alat produksi, agar produsen tetap bisa berpoduksi.

"Kami segel awalnya (barang sitaan), tapi kita menjaga, masih menjaga, memperhatikan, memikirkan produksi supaya tetap stabil, tetap stabil stok kita. Nah mereka berproduksi, sampai dengan hari ini masih ada yang berproduksi," terang dia.

Kendati demikian, Helfi menyebut masih ada produsen yang berhenti beroperasi, karena ternyata tidak memiliki fasilitas laboratorium untuk memastikan kualitas beras.

"Namun ada yang memang tidak berproduksi. Kenapa? Karena mereka tidak punya lab. Mereka menjual kemasan tapi tidak punya lab. Artinya, beras yang diproduksi ya udah asal jadinya berapa, yang penting dijual premium. Kualitasnya belum bisa diverifikasi. Kualitasnya tidak pernah mereka lakukan pengujian lab sejak berdiri perusahaan itu," ungkapnya.

Ia menegaskan, praktik tersebut jelas menyalahi aturan, sebab produsen sama sekali tidak pernah menguji kualitas beras yang dipasarkan.

"Mereka tidak pernah melakukan uji lab.Apalagi ada labnya di perusahaan itu. Tidak ada. Menguji saja belum pernah. Jadi pokoknya giling, selesai, jadi beras, langsung kemas premium, jual. Harga tinggi. Itu yang terjadi. Jadi macam-macam sekali yang dilakukan para produsen ini," beber dia.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produsen Beras Tiba-Tiba Minta Ritel Turunkan Harga Rp 1.000, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular