
Pasar Bunga Rawa Belong Sunyi Sepi, Pedagang Banting Harga-PHK Pekerja

Jakarta, CNBC Indonesia - Pedagang bunga di Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta Barat mengaku resah dengan pelanggan yang semakin berkurang, termasuk di hari-hari besar sekalipun. Para pedagang mulai merasakan pelanggan makin berkurang sejak pandemi Covid-19. Bahkan saat itu, banyak pedagang yang terpaksa tidak berjualan karena adanya pembatasan sosial.
Kini, setelah lima tahun pandemi berlalu, para pedagang mulai kembali berupaya untuk memulihkan penjualannya. Namun sayangnya, daya beli masyarakat justru makin lesu. Alhasil, pemulihan penjualan bunga pun cenderung stagnan.
Akibatnya, demi menggaet pelanggan kembali, banyak pedagang terpaksa menurunkan harga bunga. Salah satunya yakni Budi, di mana dahulu saat masih ramai, harga mawar contohnya, masih mencapai Rp 100.000 per ikat. Kini, Ia harus menjual seharga Rp 80.000 per ikat.
"Sekarang harganya makin murah, dulu bisa sampai Rp 100.000 lebih, tergantung jenis bunganya, mungkin sekarang paling mahal ya Rp 100.000-an," kata Budi saat ditemui CNBC Indonesia, Senin (25/8/2025).
Contoh lain bunga aster, kini harga termurahnya mencapai Rp 20.000 per ikat, sedangkan dahulu bisa mencapai Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per ikat.
"Dimurahin ya agar pembeli tertarik, kalau kemahalan kan pasti mikir-mikir," tambahnya.
![]() Pasar Rawa Belong, Jakarta Barat menjadi pasar bunga terbesar di Asia Tenggara. Namun kini kondisinya jauh berbeda. (CNBC Indonesia/Chandra) |
Sementara itu Halim, juga mengaku sudah menurunkan harga bunga di tokonya. Bahkan, harga bunga di pasar lebih murah dari harga di luar pasar.
"Iya, sudah diturunin harganya biar narik pembeli, dulu paling murah ya Rp 30.000 per ikat, sekarang ya Rp 20.000 per ikat, kategorinya masih lebih murah di sini ketimbang yang di luar," kata Sukri.
Pedagang PHK Pekerja
Di tengah sepinya pelanggan di Pasar Bunga Rawa Belong, tentunya kekhawatiran pengurangan pekerja akan muncul. Salah satunya yakni Surni, di mana tahun lalu saja Ia mempekerjakan sebanyak 30 orang. Kini dipangkas menjadi 15 orang. Hal ini efek dari omzet dari penjualan bunga yang terus menurun.
"Penjualan turun drastis, penghasilan seret, kalau kita masih bayar 30 pekerja, tekor sih, mau tidak mau pangkas pekerja," kata Surni.
Ia pun mengaku pasrah jika penjualan bunganya tidak terlalu laku.
"Ya lebih sering gak lakunya sih, kalau ga laku, ya terpaksa dibuang, karena sudah layu kalau kelamaan, kan gak mungkin kita jual layu," terangnya.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Ambruk 80%, Motor Listrik Tak Laku dan Makin Sepi Pembeli
