Tok! Hamas Sepakati Proposal Gencatan Senjata, Perang Berhenti?
Jakarta, CNBC Indonesia - Hamas telah menerima proposal gencatan senjata baru untuk Gaza. Hal ini disampaikan seorang anggota senior dari kelompok, Bassem Naim, Senin (18/8/2025).
Dalam akun Facebooknya, Naim menyatakan Hamas telah menyikapi proposal baru dengan persetujuan. Diketahui, proposal baru ini digagas oleh para mediator Mesir dan Qatar, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS).
"Gerakan ini telah menyerahkan tanggapannya, menyetujui proposal baru para mediator. Kami berdoa kepada Tuhan untuk memadamkan api perang ini pada rakyat kami," kata Naim dalam akun Facebooknya.
Sebelumnya, sebuah sumber Hamas mengatakan kepada AFP bahwa kelompok itu menerima proposal tanpa meminta amandemen apa pun. Mesir mengatakan bahwa mereka dan Qatar telah mengirimkan proposal baru itu ke Israel, menambahkan bahwa 'bola sekarang ada di tangan mereka'. Israel belum menanggapi.
Sebuah sumber Palestina yang akrab dengan perundingan tersebut mengatakan para mediator diperkirakan akan mengumumkan bahwa kesepakatan telah tercapai dan menetapkan tanggal untuk dimulainya kembali pembicaraan. Sumber itu menambahkan bahwa jaminan telah ditawarkan untuk memastikan implementasi dan mengejar solusi permanen.
Menurut laporan di media yang terkait dengan negara Mesir, Al-Qahera, kesepakatan itu mengusulkan gencatan senjata awal selama 60 hari, pembebasan sebagian sandera, pembebasan beberapa tahanan Palestina, dan ketentuan untuk memungkinkan masuknya bantuan.
Di sisi lain, proposal ini datang lebih dari seminggu setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk menaklukkan Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi di dekatnya. Rencana ini pun telah memicu kecaman internasional dan juga oposisi domestik di Negeri Yahudi.
Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty, yang mengunjungi perbatasan Rafah dengan Gaza pada hari Senin, mengatakan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani akan berkunjung untuk mengonsolidasikan upaya bersama untuk mencapai kesepakatan sesegera mungkin."
Mengacu pada kondisi kemanusiaan yang mengerikan bagi lebih dari dua juta orang yang tinggal di Jalur Gaza, di mana badan-badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan telah memperingatkan akan adanya kelaparan, Abdelatty menekankan urgensi untuk mencapai kesepakatan.
"Situasi saat ini di lapangan di luar imajinasi," katanya.
Nasib Sandera
Dari 251 sandera yang ditawan selama serangan Hamas pada Oktober 2023 yang memicu perang, 49 di antaranya masih ditahan di Gaza. Ini termasuk 27 yang menurut militer Israel telah tewas.
Sebelumnya, sebuah sumber Jihad Islam mengatakan 'tawanan yang tersisa akan dibebaskan pada fase kedua' dengan negosiasi untuk penyelesaian yang lebih luas akan menyusul Mereka menambahkan bahwa 'semua faksi mendukung' proposal Mesir dan Qatar.
Pekan lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel 'akan menyetujui kesepakatan di mana semua sandera dibebaskan sekaligus dan sesuai dengan persyaratan kami untuk mengakhiri perang'. Pada Senin, Netanyahu mengatakan ia meninjau rencana untuk serangan yang akan datang di Gaza.
Meski begitu, Presiden AS Donald Trump menulis di Truth Social bahwa pihaknya hanya akan melihat kembalinya sandera yang tersisa ketika Hamas dihadapi dan dihancurkan. Ia menginginkan agar penghancuran Hamas cepat dilakukan
"Semakin cepat ini terjadi, semakin baik peluang keberhasilannya," ujarnya.
(tps/tps)